Articles‎ > ‎

DINAMIKA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.Latar Belakang Pemikiran

            Ayat yang pertama kali diturunkan Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril di Gua Hira adalah lima ayat surat al-‘Alaq (96) ayat 1-5, yang artinya: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Ia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan manusia dengan pena. Mengajarkan manusia tentang segala sesuatu yang belum diketahui. Para ulama ahli tafsir umumnya berpendapat bahwa lima ayat surat al-Alaq yang pertama kali diturunkan itu adalah bertemakan pendidikan. Alasannya adalah karena unsur-unsur atau komponen-komponen utama tentang pendidikan, seperti ideologi pendidikan yang humanisme teo-centris, metodologi pendidikan dengan cara membaca dan menulis, teknologi dan media pendidikan yang dalam hal ini qalam, peserta didik yang dalam hal ini manusia (al-insan), dan kurikulum pendidikan yang dalam hal ini segala sesuatu yang belum diketahui manusia, serta unsur gurunya yang dalam hal ini Tuhan, terdapat di dalam lima ayat tersebut.

            Dengan spirit ayat tersebut, ummat Islam dari sejak Nabi Muhammad SAW telah memulai kegiatan pendidikan di samping dakwah Islamiyah. Sejalan dengan pelaksanaan pendidikan tersebut, ummat Islam telah mengembangkan berbagai aspek dan komponen pendidikan. Dari segi kelembagaan, sejarah mencatat adanya lembaga pendidikan seperti Darul Arqam di Mekkah, Masjid, Suffah. Pada masa Khulafaur Rasyidin dan seterusnya muncul pula lembaga pendidikan Zawiyah, Ribath, al-Badiah, Baitul Hikmah, al-Qushr (Istana), Madrasah, Manazil al-Ulama (Rumah Guru), al-Bimaristan, dan sebagainya. Melalui lembaga-lembaga pendidikan tersebut dapat dihasilkan para lulusan yang selanjutnya berkembang menjadi guru, qadhi, pegawai pemerintah, da’i, khatib, tokoh agama, ulama, penulis, pengelola lembaga pendidikan, dan lain sebagainya. Hasil pengalaman mereka dalam berbagai tugas, telah tumbuh pula karya-karya ilmiah, berupa buku-buku atau kitab-kitab yang berbicara dalam berbagai bidang ilmu agama, seperti Tafsir, Hadis, Fiqh, Kalam, Akhlak, Sejarah dan Kebudayaan Islam, dan lain sebagainya. Hasil karya-karya mereka hingga saat ini, masih dapat dijumpai di berbagai Perpustkaan di dunia Islam dan negar lainnya.

            Aktifitas pendidikan Islam dengan berbagai lembaga dan para guru serta aspek lainnya, juga terjadi di Indonesia. Lahirnya lembaga pendidikan yang dinilai sebagai yang bersifat indiginius-Islam seperti Pondok Pesantren dan Madrasah di Pula Jawa, Surau, dan Madradah ddi Sumatera Barat; Dayah, Meunasah, dan Rangkang, di Aceh. Berbagai lembaga pendidikan yang lahir pada awal abad ke-17 M., ini masih terus tumbuh dan berkembang hingga saat ini.

            Masalahnya adalah sungguhpun ummat Islam telah menaruh perhatian yang besar terhadap praktek pendidikan dengan berbagai aspeknya, sebagaimana tersebut di atas, namun perhatian terhadap kajian dan penelitian ilmu pendidikan masih amat kurang, atau bahkan sangat langka. Perhatian para  ulama di zaman klasik dan pertengahan umumnya banyak memberikan perhatian pada kajian bidang al-Qur’an, hadis, kalam, fikih, akhlak, dan tasawuf dengan berbagai cabangnya, serta sejarah kebudayaan Islam. Pemikiran para ulama yang berkaitan dengan ilmu pendidikan Islam baru dibahas secara sepintas, ketika mereka membahas tentang ayat-ayat al-Qur’an dan hadis, namun sifatnya amat dogmatis, normatif, dan deduktif, tanpa ada kajian sosiologis, historis, filosofis, psikologis dan berbagai pendekatan lainnya. Misalnya akhlak dan etika yang wajib dilaksanakan oleh guru dan murid syarat-syarat yang harus ditempuh dalam menuntut ilmu. Diketahui, bahwa pada abad ke-13 terdapat buku Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum (Petunjuk bagi Pelajar:Langkah-langkah dalam Menuntut Ilmu). Namun buku ini tidak berbasis pada teori yang kokoh dari berbagai disiplin ilmu, melainkan hanya bersifat normatif, dogmatis, deduktif dan sufistik yang menempatkan murid dalam keadaan pasif, atau menjadi anak yang salih tapi tidak berdaya dalam melakukan berbagai aktivitas di masyarakat.

            Jika aktivitas pendidikan Islam dalam sejarah sebagaimana tersebut di atas, dihubungkan dengan  kenyataan tentang tidak adanya buku Ilmu Pendidikan Islam yang ditulis oleh para ulama, maka menimbulkan sejumlah permasalahan yang harus dibuktikan lebih lanjut. Pertama, bahwa praktik pendidikan Islam yang berlangsung sekian lama dalam sejarah ternyata tidak berdasarkan ilmu pendidikan, atau praktek pendidikan tanpa ilmu pendidikan. Kedua, bahwa teori-teori yang mendasari praktek pendidikan Islam itu sesungguhnya ada pada masing-masing penyelenggara pendidikan, namun belum dituliskan. Ketiga, bahwa praktik pendidikan Islam yang berlangsung selama ini dilakukan dengan cara saling meniru (semacam banch marking) antara satu lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan lainnya.

            Perhatian terhadap Ilmu Pendidikan Islam baru muncul secara signifikan dan intensif pada akhir abad ke-20 atau pada awal abad ke-21. Yaitu ketika pendidikan Islam ditantang agar mampu menghasilkan lulusan yang bukan yang unggul dalam bidang moralitas dan religiusitas kegamaan, akhlak dan budi mulia, melainkan juga unggul dalam wawasan dan keterampilan yang dibutuhkan dunia modern dan era globalisasi. Yaitu era yang ditandai oleh adanya persaingan yang ketat, kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, mampu membangun kolaborasi dengan berbagai lembaga pendidikan dan lainnya, penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki budaya yang unggul yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan budaya Indonesia yang toleran, inklusif, pluralis, gotong royong dan sebagainya. Pendidikan Islam mulai menyadari, bahwa tanpa kesediaan meningkatkan mutu pendidikan dan menghasilkan lulusan yang unggul, maka pendidikan Islam akan ditinggalkan masyarakat, atau kalah bersaing dengan pendidikan lainnya. Sejarah mencatat, bahwa lembaga pendidikan Islam yang dahulu unggul dan dibanggakan, namun di masa sekarang, lembaga pendidikan Islam tersebut sudah tidak dingat lagi atau ditinggalkan oleh masyarakat.

            Dalam upaya menjawab tantangan modern dan era globalisasi sebagaimana tersebut di atas, maka Pendidikan Islam yang selama ini dilaksanakan tidak lagi hanya berdasarkan lillahi ta’ala, by accident, by conventional, atau by tradition, melainkan sudah berdasarkan Ilmu Pendidikan Islam yang dihasilkan melalui kajian yang mendalam dengan menggunakan berbagai pendekatan keilmuan. Dengan demikian, saat ini sudah ada lembaga pendidikan Islam yang dikelola dengan dua pendekatan. Pertama, lembaga pendidikan Islam yang dikelola tanpa ilmu pendidikan, dan kedua, lembaga pendidikan yang dikelola dengan dasar ilmu pendidikan. Beberapa lembaga pendidikan tradisional yang dikelola tanpa ilmu pendidikan biasanya berjalan apa adanya, tanpa terukur prestasi pencapaiannya; dan ada pula lembaga pendidikan Islam yang dikelola dengan Ilmu pendidikan Islam, konsep dan perencanaan yang canggih. Lembaga pendidikan  model kedua ini, walaupun baru dibuka atau baru berjalan beberapa tahun sudah langsung melambung namanya dan diminati masyarakat. Lembaga-lembaga  pendidikan model yang kedua ini, seperti Madrasah Aliyah Insan Cendekia, Serpong, Tangerang Selatan, Banten; SMU Madania, di Jampang, Parung, Bogor, Jawa Barat; dan SMU al-Izhar, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

            Kurang berkembang-nya Ilmu Pendidikan Islam sebagai sebuah Ilmu juga karena sampai dengan tahun 80-an, Ilmu Pendidikan Islam dan juga Dakwah Islam masih belum diakui sebagai sebuah disiplin ilmu agama Islam sebagaimana ilmu agama Islam lainnya. Pendidikan dan Dakwah Islam dianggap sebagai sebuah kegiatan biasa. Setiap orang yang memiliki ilmu pengetahuan diwajibkan mendidikannya dan mengajarkannya kepada masyarakat. Namun mulai tahun 1986, Ilmu Pendidikan Islam dianggap sebagai salah satu dari rumpun ilmu agama Islam. Hal ini diadasarkan pada Surat Keputusan Bersama antara Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.[1]

            Semenjak adanya kebutuhan lembaga Pendidikan Islam terhadap Ilmu Pendidikan Islam, dan adanya Surat Keputusan Bersama tersebut, maka pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Pendidikan Islam, atau penelitian dan kajian terhadap Ilmu Pendidikan Islam mulai bermunculan. Kini sudah dengan mudah dapat dijumpai  berbagai tulisan baik berupa buku, artikel, makalah, dan lainnnya tentang Ilmu Pendidikan Islam yang ditulis oleh para pakar dan peneliti pendidikan Islam. Perkembangan  Ilmu Pendidikan Islam ini menjadi bahan kajian yang menarik untuk diteli.

 

B.Tujuan

            Secara umum penelitian ini bertujuan untuk ikut mengembangkan khazanah intelektual Islam yang pada gilirannya dapat ikut serta mengembangkan wawasan masyarakat tentang pendidikan. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui secara utuh dan komprehensif tentang pertumbuhan dan perkembangan kajian Ilmu Pendidikan Islam di Indonesia.

2. Menyediakan bahan informasi yang utuh dan komprehensif kepada para pemerhati, peneliti, dosen, mahasiswa dan lainnya yang tengah mendalami Ilmu Pendidikan Islam;

3. Menyediakan bahan rujukan bagi para penyelenggara pendidikan Islam yang ingin meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan Islam secara akademik.

 

C.Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

     1.Identifikasi Masalah       

Dewasa ini sudah banyak tulisan baik berupa buku, artikel, makalah seminar, tulisan di internet, dan lainnya yang membahas tentang Ilmu Pendidikan Islam. Tulisan-tulisan tersebut telah beredar luas di masyarakat, terutama di lingkungan fakultas ilmu keguruan pada berbagai Perguruan Tinggi Islam. Namun demikian terdapat sejumlah pertanyaan tentang: (1)Bagaimana corak Ilmu Pendidikan Islam yang terdapat dalam berbagai tulisan tersebut? (2)Sejak kapan tulisan-tulisan tentang Ilmu Pendidikan Islam tersebut muncul? (3)Dalam bentuk apa saja tulisan-tulisan tentang Ilmu Pendidikan Islam tersebut dibuat? (4)Bagaimana bobot ilmiah buku-buku Ilmu Pendidikan Islam tersebut?

 

2. Pemabatasan Masalah

            Karena demikian agak luas masalah yang terkait dengan tulisan tentang Ilmu Pendidikan Islam tersebut, maka masalah penelitian ini dibatasi hanya pada penelitian terhadap tulisan Ilmu Pendidikan Islam dalam bentuk buku. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut. (1)Tulisan dalam bentuk buku lebih banyak dikenal dan dibaca oleh masyarakat dibandingkan dengan tulisan lainnya, karena penyebaran buku kepada masyarakat didukung oleh jaringan pemasaran yang dilakukan oleh para penerbit; (2)Tulisan dalam bentuk buku lebih bertahan lama penggunaanya dibandingkan dengan tulisan dalam bentuk lainnya; dan (3)Tulisan dalam bentuk buku lebih mudah didapati oleh masyarakat dibandingkan dengan tulisan dalam bentuk lainnya, karena tulisan dalam bentuk buku ini selain terdapat di toko-toko buku , juga terdapat di masyarakat.

 

3. Rumusan Masalah

            Masalah pokok penelitian (Main Research Question) ini adalah: Bagaimana corak pemikiran Ilmu Pendidikan Islam yang terdapat dalam bentuk buku? Masalah ini dapat diperinci lebih lanjut: (1)Sejak kapan buku-buku ilmu pendidikan Islam di Indonesia mulai terbit; (2)Siapa saja penulis buku Ilmu Pendidikan Islam tersebut; (3)Apa pendekatan yang digunakan dalam penulisan buku ilmu pendidikan Islam tersebut.

 

D. Kajian terhadap Penelitian Terdahulu yang Relevan

            Selama ini sudah terdapat sejumlah kajian yang dilakukan para peneliti terhadap ilmu Pendidikan Islam, sebagai berikut.

            Prof.Dr.Azyumardi Azra,MA, dalam bukunya Essei-essei Pendidikan Islam yang diterbitkan Logos Wacana Ilmu Tahun 1989 misalnya memuat artikel yang berjudul tentang kajian pendidikan Islam yang dilakukan mahasiswa Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam artikelnya itu dikemukakan tentang bidang-bidang keilmuan pendidikan Islam yang telah dikaji, misalnya bidang filsafat dan pemikiran pendidikan Islam.

            Prof.Dr.H.A.Muhaimin dalam bukunya Arah Baru Pendidikan Islam memuat artikela tentang pertumbuhan dan perkembangan filsafat pendidikan Islam di Indonesia. Dalam tulisannya itu dikemukakan

            Dr.Arief Subhan, MA dalam disertasinya mengemukakan tentang buku-buku keislaman yang ditulis oleh alumni Perguruan Tinggi Islam, termasuk di dalamnya tentang Ilmu Pendidikan Islam.

            Berdasarkan kajian ini, nampak terlihat bahwa penelitian terhadap Ilmu Pendidikan Islam sudah dilakukan, namun dalam bentuk yang amat terbatas yakni dalam bentuk artikel. Sedangkan penelitian terhadap seluruh buku yang membahas tentang ilmu pendidikan Islam secara utuh dan komprehensif belum dilakukan, dan belum pula dianalisis secara komprehensif.

E.Metodologi Penelitian

            Objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.Objek Penelitian

            Objek penelitian ini dapat digambarkan dalam matrik sebagai berikut:

 

No.

Pokok Bahasan

Uraian

Keterangan

1.

Corak dan Pendekatan yang Digunakan dalam Penulisan Ilmu Pendidikan Islam

1.Corak dan Pendekatan Normatif-Deduktif Pendidikan Islam;

2.Corak dan Pendekatan Historis Pendidikan Islam;

3.Corak dan Pendekatan Filosofis Pendidikan Islam;

4.Corak dan Pendekatan Psikologis Pendidikan Islam.

5.Corak dan Pendekatan Aplikatif-Praktis Pendidikan Islam.

6.Perbandingan antara berbagai corak dan Pendekatan Ilmu Pendidikan Islam.

 

2.

Tahun dan Tempat Penerbitan

1.Mulai Tahun penerbitan

2.Tempat Penerbitan

3.Distribusi penerbitan sesuai dengan waktu;

 

3.

Para Penulis

1.Latar belakang keahlian penulis;

2.Latar belakang gelar akademik penulis;

3.Asal Perguruan Tinggi Penulis;

4.Popularitas Penulis

 

4.

Berbagai Macam Pengaruh Buku Ilmu Pendidikan Islam

1.Pengaruh terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Program Studi Ilmu Pendidikan Islam;

2.Pengaruh terhadap Karya Tulis dosen dan mahasiswa;

3.Pengaruh terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Islam.

 

 

2.Sumber dan Tekni Pengumpulan Data

            Karena sifat penelitian ini adalah murni kepustakaan (Libarary Research), maka sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku Ilmu Pendidikan Islam yang beredar di kalangan Perguruan Tinggi khususnya, dan di masyarakat pada umumnya. Buku-buku tersebut akan dilacak pada Perpustakaan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, buku-buku yang beredar di Toko-tokoh buku yang waktunya dibatasi mulai yang terbit tahun 50-an sampai dengan tahun 20015. Informasi yang terdapat dalam buku-buku tersebut akan dilengkapi dengan hasil wawancara dengan para pendidikan Islam di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mereka itu adalah: (1)Prof.Dr.Armai Arief, MA. (Guru Besar Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Islam FITK); (2)Prof. Dr.Suwito, MA. (Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam FITK); (3)Dr.Nurlena Rifa’i (Doktor Ilmu Pendidikan Islam; (4)Dr.Muhammad Zuhdi (Doktor Ilmu Pendidikan Islam); dan (5)Dr.Didin Syafruddin (Doktor Ilmu Pendidikan Islam). Selain itu penelitian ini akan dilengkapi dengan data sekunder, yaitu berupa tulisan para pakar tentang pendidikan Islam.

 

3.Teknik Analisa Data Pendekatan

            Teknik analisa data yang digunakan bersifat deskriptif analitis yang langkah-langkahnya sebagai berikut: (1)mengintarisir data-data baik dari sumber primer maupun sekunder; (2)memilah-milah data sesuai dengan objek penelitian; (3)mereduksi data yang tidak relevan; (4)menyusun kerangka membahasan yang sistematik dan memiliki hubungan fungsional; (5)menarasikan data-data ke dalam bab-bab, sub-sub bab, paragraf dan kalimat sesuai kaidah penulisan dan bahasa Indonesia yang baik dan benar; (6)menghubungkan subtansi pembahasan yang terdapat setiap bab; dan (7)menyusunnya secara sistematik, utuh dan komprehensif.

            Data-data yang telah dideskripsikan dan dideskripsikan tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan pendekatan sejarah sosial intelektual pendidikan Islam. Yaitu sebuah pendekatan yang melihat gagasan dan pemikiran pendidikan sebagai sebuah bangunan yang memiliki keterkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti faktor sosial, politik, lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pekerjaan dan lain sebagainya.

 

 

G.Sistematika Pembahasan

            Sistematika pembahasan hasil penelitian ini akan disajikan dalam lima bab yang antara satu dan lainnya saling berhubungan sebagai berikut.

 Bab. I. Pendahuluan. Pada bab ini akan dikemukakan latar belakang pemikiran, tujuan, kajian terhadap penelitian terdahulu, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II. Kajian Teoritis tentang Ilmu Pendidikan Islam. Pada bagian ini akan dikemukakan definisi dari segi bahasa dan istilah tentang pendidikan Islam, berbagai corak dan pendekatan Ilmu Pendidikan Islam, serta manfaat Ilmu Pendidikan Islam.

Bab III. Penulisan buku Ilmu Pendidikan Islam di Indonesia

Bab IV. Analisa dan Kajian

Bab V. Penutup

 

H. Daftar Pustaka

1.Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), cet. I.

 

2.Amiruddin, M. Hasbi, Perkembangan Pendidikan Islam di Turki, (Banda Aceh:Lembaga Studi Agama dan Masyarakat Aceh (LSAMA, 2013), cet. I.

 

3.Arifin,  H.M.,  Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1987), cet. I.

 

4._________, Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991).

 

5.Aly,Hery Noer,  Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1996), cet. I.

 

6.Asrohah,  Hanun, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999), cet. I.

 

7.Azra,  Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millnium Baru, (Ciputat-Jakarta Selatan:Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. I.

 

8.________,   Esei-esei  Intelektual Muslim & Pendidikan Islam, (Ciputat-Jakarta Selatan:Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. I.

 

9.________,Surau Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisis dan Modernisasi, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1423 H./2003 M), cet. I.

 

10.al-Baaz, Anwar,  al-Tafsir al-Tarbawiy lil al-Qur’an al-Karim, Jilid I, (Mesir: Dar al-Nasyr  li al-Jami’ah,   1428 H./2007 M.),  hal. 3

 

11.Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:Ruhama, 1994), cet. I.

 

12.______, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi Aksara dan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1996), cet. I.

 

 

13.Daulay, Haidar Putra,  dan Hj.Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013), cet. I.

 

 14.Darwis,Djamaluddin,  Dinamika Pendidikan Islam, Sejarah, Ragam dan Kelembagaan, (Semarang:RaSAIL:Ranah Ilmu-ilmu Sosial Agama dan Interdisipliner, 2010), cet. II.

 

15.Djainuri, Achmad, (ed.),  Pendidikan dan Modernisasi di Dunia Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2001), cet. I

 

16.Fadjar, A.Malik,  Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta:Fajar Dunia, 1999), cet. I.

 

17.Feisal, Jusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta:Gema Insani Press, 1995), cet. I.

 

18.Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1996), cet. I.

 

19.Haris, Abdul,  dan Kivah Aha Putra, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Amzah, 2012), cet. I.

 

20.Haryono, Ari Dwi, dan Qurroti A’yuni, Pendidikan Dasar Islam, Kajian Filosofis, Konsep dan Aplikasi, (Malang:Bani Hasyim, 2010), cet. I.

 

21.Robert W. Hefner, (ed.),  Making Modern Muslims The Politics of Islamic Education in Southeas Asia, (Honolulu:University of Hawai Press, 2009), hal. 55-106.

 

22.Jabali, Fu’ad,  dan Jamhari, IAIN& Modernisasi Islam di Indonesia, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003), cet.

I.

 

23.Jamaluddin, Dindin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung:Pustaka Setia, 20013), cet. I.

 

24.Kusmana, Eva Nugraha dan Eva Fitriati, (ed.),  Paradigma Baru Pendidikan Islam Rekaman Implementasi IAIN Indonesia Social Equity Project (IISEP), 2002-2007), (Jakarta:Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2008).

 

Mahmud, Abd al-Halim,  al-Tarbiyah al-Diniyah (al-Ghaibah), (Mesir:Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islamiyah, 1421 H./2000 M), cet. I.

 

25.__________,al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Surat al-Anfal, (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1417 H./1997 M.), cet. I;

 

26.__________, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Surat al-Ahzaab,  (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1416 H./1996 M.), cet. I;

 

27.__________, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Bait,  (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1425 H./2004 M.), cet. I;

 

28._________, Kaifa Nu’allimu Auladana  al-Islam bith thariqah Shahihah,  (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1428 H./2007 M.), cet. I;

 

29.Maksum, Madrasah Sejarah & Perkembangannya, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999), cet.I.

 

30.Mansur, Amril, Paradigma Baru Reformulasi Pendidikan Tinggi Islam, (Jambi:Silthan Taha Press dan Universitas Indonesia (UI Press, 2004), cet. I.

 

31.Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,  (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006), cet. I.

 

32.Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung:Nuansa, 2010), cet. I.

 

33.Muhaimin,  Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi,, (Jakarta:RajaGrafindo Persada,2009), cet. I.

 

34.Muhaimin,  Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta:Rajawali Pers,2006), cet. I.

 

35.Muliawan, Jasa Ungguh, Pendidikan Islam Integratif Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), cet. I.

 

36.Mulkam, Abdul Munir, Nalar Spiritual Pendidikan Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002), cet. I.

 

37.ulyati, Pengembangan Kinerja Guru PAI dalam Proses Pendidikan, (Jakarta:Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).

 

38.Munawwarah , Djunaidatul, dan Tanenji, Filsafat Pendidikan Perspektif Islam dan Umum, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003), cet. I.

 

39.Nata,  Abuddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam:Isu-isu Kontemporer  tentang Pendidikan Islam,  (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

 

40._________,  Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

 

41._________, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

 

42._________, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2005), cet. I.

 

43._______, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2012).

 

44._________,  Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

 

45._______,Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam,  (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2000), cet. I.

 

46._______,  Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia,  (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2005), cet. I.

 

47._______,  Inovasi Pendidikan Islam  (Jakarta:Perpustakaan Nasional, 2013), cet. I.

 

48._______, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2009), cet. I.

 

49.Nizar, Samsul,Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam Potret Timur Tengah Era Awal dan Indonesia, (Ciputat:Quantum Teaching, 1426 H./2005 M), cet. I.

 

50.Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), cet. I.

 

51.Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat:Ciputat Press, 2005), cet. II.

 

52.Sofiuddin, Implementasi Prinsip-prinsip Andragogi Qur’ani dalam Training Pendidikan Karakter The ESQ Way 165, (Jakarta:Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).

 

53.Suwito dan Fauzan (ed.), Perkembangan Pendidikan di Nusantara Studi Perkembangan Sejarah dari Abad 13 hingga 20 M, (Bandung:Angkasa, 2004), cet. I.

 

54.Tafsir, Ahmad,  Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1992), cet. II.

 

55.Truna, Dody S., dan Ismatu Ropi, Pranata Islam di Indonesia, Pergulatan Sosial, Politik, Hukum dan Pendidikan, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2007), cet. I.

 

56.Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Ciputat: Qantum Teaching, 2005), cet. I.

 

57.Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:Mutiara Sumber Widya, 1962), cet. I.

 

58.Zarkasyi, K.H. Abdullah Syukri, Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2005), cet. I.

 

59.Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1992), cet. II.

H.Waktu Peneitian

            Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini selama 5 (lima) bulan, sejak Maret dengan Juli 2015 dengan perincian kegiatan sebagai berikut.

No.

Kegiatan

Waktu

Keterangan

1.

Penyusunan Proposal

10  sd 30 April 2015

 

2.

Editing dan Penyempurnaan Proposal

1 sd 3 April 2015

 

3.

Pengajuan Proposal kepada Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan

7 sd 10 April

 

4.

Pengumpulan bahan bacaan yang relevan.

11 sd 30 April 2015

 

5.

Presentasi Disain Operasional Penelitian

4 sd 6 Mei 2015

 

6.

Pengurusan Administrasi Penelitian

11 sd 12 Mei 2015

SK. Peneliti, Surat Keterangan/Izin Meneliti, Surat Pengantar, pengurusan dana dan sebagainya.

7.

Persiapan Penelitian

13 sd 15 Mei 2015

 

8.

Pelaksanaan Penelitian

15 Mei sd 30  Juli 2015

 

9.

Penyampaian Laporan Penelitian

1 Agustus sd 10 Agustus 2015

 

 

 

I.Biaya Penelitian

            Biaya Penelitian ini sebesar Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) dengan perincian sebagaimana terlampir.

J.Lain-lain

            Hal-hal lain yang belum diatur dalam proposal ini akan diatur kemudian setelah dikaji secara seksama.

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN TEORITIS TENTANG ILMU PENDIDIKAN

 

 

 

BAB III

DINAMIKA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Oleh: Prof. Dr.H.Abuddin Nata, MA.

A.Pengantar

                Dari sejak ke hadirannya di muka bumi, Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW telah memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan. Pernyataan ini didasarkan pada sejumlah fakra sebagai berikut. Pertama, bahwa lima ayat yang pertama kali diturunkan, yaitu surat al-‘Alaq ayat 1 sd 5 berisi beberapa hal fundamental tentang pendidikan. Di dalam lima ayat tersebut terkandung aspek ideologi pendidikan, yaitu humanisme teo-centris (bismirabbik),  tenaga pendidik,  yaitu Tuhan dan Nabi Muhammad SAW; muridnya, yaitu manusia (al-insan), metodenya, yatu membaca (iqra’) dan menulis (al-qalam), dan materinya tentang segala sesuatu yang belum diketahui manusia (maa lam ya’lam). Kedua, bahwa di antara sekian banyak nama al-Qur’an, yang paling populer adalah al-Qur’an dan al-kitab. Kedua nama al-Qur’an ini sudah menggambarkan tentang kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Kosakata Al-Qur’an berarti “bacaan, yang dibaca atau kegiatan membaca”; sedangkan al-kitab berarti “tulisan, yang ditulis atau kegiatan menulis.” Ketiga, bahwa di antara tugas utama Nabi Muhammad SAW sebagaimana dinyatakan dala surat Ali Imran ayat 41 atau al-Jumu’ah ayat 6 adalah yatlu (tilawah), yuallimu (mengajar), dan yuzakki (membersihkan diri). Menurut H.M.Quraish Shihab, bahwa kata yatlu (tilawah) dan yu’allimu terkait dengan kegiatan pengajarn; sedangkan yuzakii (membersihkan diri) terkait dengan pendidikan.[2] Namun demikian, perhatian para ulama mulai dari zaman klasik sampai akhir zaman pertengahan terhadap pendidikan Islam sebagai sebuah kajian ilmiah, atau lebih tegasnya sebagai sebuah disiplin ilmu, yakni ilmu pendidikan Islam amatlah kurang. Perhatian ulama Islam lebih hanya ditujukan pada pakian ilmu-ilmu agama Islam, seperti Tafsir, Hadis, Kalam, Fikih, Akhlak dan Tasawuf.

                Namun sungguhpun ilmu pendidikan Islam belum tumbuh dan berkembangan sebagai sebuah disiplin ilmu, sebagaimana ilmu-ilmu agama Islamnya, kegitan praktek pendidikan sudah pula berjalan bersamaan dengan penyebaran ajaran Islam. Sejak di Mekkah, kegiatan praktek pendidikan Islam sudah dimulai, sebagaimana yang dilakukan di Dar al-Arqam. Ketika Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya hijrah dari Mekkah ke Madinah, kegiatan pendidikan Islam terus dilanjutkan, bahkan dikembangkan. Keadaan ini terus berlanjut pada zaman Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan hingga saat ini. Dalam perjalanannya yang panjang itu, sejarah Islam mencatat, adanya sejumlah lembaga pendidikan, seperti Suffah, Kuttab, Zawiyah, Ribath, Badia’ah, masjid, al-qushr, al-salun al-adabiyah, al-hawanit al-wariqin, bait atau al-manazil al-ulama, bait al-hikmah, dan al-bimaristan. Praktek pendidikan ini selanjutnya tersebar di berbagai belahan dunia yang dimasuki ajaran Islam, seperti Spanyol, India, China, Turki, Persia, Malaysia, dan Indonesia. Praktek kegiatan pendidikan Islam di Indonesia, dimulai sejak masuknya Islam ke Indonesia, pada abad ke-14 Masehi. Hal ini ditandai dengan berdirinya Pesantren Jawa, Surau di Sumatera Barat; Dayah, Rangkang dan Meunasah di Aceh, dan sebagainya. Keadaan ini terus berkembang menjadi madrasah, sekolah Islam, serta berdirinya perguruan tinggi Islam.

                Melalui kegiatan praktek pendidikan Islam ini ajaran Islam tersebar luas ke tengah-tengah masyarakat dan mempengaruhi hati, pikiran dan perbuatan manusia dan tumbuh berkembang menjadi sebuah tradisi keagamaan yang kuat. Bersamaan dengan itu berbagai pranata sosial, seni, budaya, dan lainnya juga tumbuh berkembang. Mesjid, majelis ta’lim, perkumpulan zikir, upacara-upacara dan peringatan keagamaan,  kesenian Islami, musabaqah tilawatil Qur’an, manuskrif, buku, jurnal, dan surat kabar Islam, siaran keagamaan, dan lain sebagainya. Di samping itu, lahir pula para ulama dengan berbagai tingkatan serta karya-karyanya dalam ilmu agama Islam, sebagaimana dijumpai dalam berbagai kitab yang ditulisnya. Tidak hanya itu, pendidikan Islam, baik yang formal, maupun non-formal, juga telah menghasilan para cendekiawan dan ilmuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan umum:kimia, fisika, biologi, matematika, astronomi, kedokteran, farmakologi, dan lain sebagainya.

                Jika kedua fenomena tersebut di atas dihubungkan antara satu dan lainnya, maka dapat diperoleh catatan, bahwa ternyata praktek pendidikan Islam yang berlansung berabad-abad, mulai dari zaman klasik, pertengahan hingga awal abad modern (abad ke-7 sd 17 M.) tidak dasar pada ilmu pendidikan; atau dengan kata lain, telah terjadi praktek pendidikan, tanpa ilmu pendidikan. Jika fakta itu benar adanya, maka siginifikansi dan urgensi ilmu pendidikan Islam terhadap pendidikan Islam tidak dapat dibuktikan. Namun demikian, tidak tertutup pula sebuah assumsi, bahwa kegiatan praktek pendidikan di zaman klasik dan pertengahan itu sesungguhnya juga didasarkan pada konsep atau teori ilmu pendidikan tertu, namun konsep dan teori ini tidak ditulis, melainkan langsung dipraktekan; atau bisa pula disimpulkan, bahwa kegiatan praktek pendidikan Islam itu meniru model pendidikan yang diwariskan bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan model pendidikan sebelumnya, sebagaimana yang dimiliki bangsa Yunani, India, China, Persia, Arkadia, dan sebagainya. Berbagai dugaan tersebut, dan dugaan lainnya bisa saja dikemukakan, dan bisa saja mengandung kebenaran jika diteliti dengan seksama. Namun sebuah fakta empiris menunjukkan, bahwa hingga awal abad ke-20 di kalangan para ulama Islam belum dijumpai sebuah karya ilmiah hasil kajian yang khusus, mendalam, dan seksama tentang pendidikan Islam, semisal Tafsir al-Tarbawy, Tarikh al-Tarbiyah al-Islamiyah, al-Manhaj di al-Ta’lim wa al-Tadris, Thuruq li al-Alim wa al-Muta’allim. Satu-satunya karya yang dapat dicatat sebagai buku yang membahas masalah metode dan pendekatan dalam pendidikan, baru muncul pada abad ke-13 M., yaitu ketika umat Islam menemukan Kitab al-Ta-lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum: Petunjuk bagi Guru tentang Metode Mengajar yang ditulis oleh seorang Ulama asal Persia. Buku kecil sekitar 60 halaman ini hasil kajian yang bersifat normatif deduktif. Yaitu mencoba menemukan tentang etika bagi seorang murid dalam belajar, dan bagi guru yang mengajar, serta berbagai hal lainnya yang bersifat nasihat, petunjuk dan larangan. Pada bagian awal kitab ini dikemukakan, tentang latar belakang penulisan kitab ini, yaitu bertolak dari sebuah keprihatinan terhadap munculnya gejala para murid dan guru yang sudah menunjukkan indikator sikap dan kripribadian yang sudah kurang sejalan dengan norma Islam. Kitab ini belum didukung oleh data empiris yang bersifat induktif, dan belum pula menawarkan sebuah disain model pembelajaran tertentu yang didasarkan pada hasil uji coba atau eksperimen yang matang dan valid. Selain Kitab tersebut belum dijumpai lagi Kitab yang secara khusus membahas ilmu pendidikan Islam.

                Namun masalahnya adalah benarkah kegiatan praktek pendidikan Islam tersebut berlanjut tanpa ilmu pendidikan? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu sebuah penelitian. Jika untuk sementara, pendapat yang mengatakan bahwa praktek pendidikan Islam tanpa ilmu pendidikan dijadikan rujukan, maka kekaguman akan segera timbul. Yaitu bahwa tanpa ilmu pendidikan pun, ternyata umat Islam mampu menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang menghasilkan para ulama, ilmuwan dan cendekiawan bertarap dunia yang karya-karyanya hingga sekarang masih sering jadi rujukan para peneliti dan pengkaji studi Islam. Lalu, masih bisakah praktek pendidikan Islam tanpa ilmu pendidikan itu tetap dipertahankan dalam zaman modern dan globalisasi seperti sekarang ini?

                Tulisan yang berbasis pada penelitian literatur ini berupaya menelusuri berkembangnya ilmu pendidikan Islam di Indonesia. Langkah yang ditempuh dimulai dengan melacak buku-buku  pendidikan Islam yang terbit dan ditulis para ulama Indonesia dengan menggunakan pendekatan konten dari sudut keilmuan tertentu. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa ilmu pendidikan Islam adalah sebuah ilmu yang memiliki hubungan fungsional dengan berbagai disiplin ilmu lainnya. Sebuah buku berjudul Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner yang ditulis Abuddin Nata telah menunjukkan dengan jelas tentang adanya Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan normatif perenialis, sejarah, filsafat, psikologi, sosiologi, manajemen, teknologi, informasi, kebudayaan, politik dan hukum.[3] Melalui buku ini dapat diperoleh kesimpulan, bahwa Ilmu Pendidikan Islam adalah sebuah ilmu terapan yang menggunakan hampir semua jasa ilmu lainnya. Untuk itu, seseorang dapat mengatakan, bahwa siapapun akan gagal memahami Ilmu Pendidikan Islam secara utuh tanpa bantuan berbagai disiplin ilmu lainnya, terutama ketika teori-teori yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu tersebut akan diterapkan. Pendekatan inilah yang akan digunakan dalam tulisan ini.

 

B.Profil Ilmu Pendidikan Islam di Indonesia

                Profil dinamika Ilmu Pendidikan Islam di Indonesia dapat dilihat melalui berbagai pendekatan sebagai berikut:

1.Ilmu Pendidikan dengan Pendekatan Normatif-Deduktif.

Ilmu Pendidikan dengan pendekatan normarif-deduktif, adalah ilmu pendidikan yang bertitik tolak dari nila-nilai atau ajaran yang dikehendak Tuhan sebagaimana terdapat di dalam al-Qur;an dan yang dikehendaki Nabi Muhammad SAW sebagaimana terdapat di dalam hadis, yang bertolak dari prinsip-prinsip   dan pokok-pokok ajaran yang bersifat umum untuk selanjutnya diperjelas dengan contoh-contoh penerapannya. Karena ajaran yang di dalam al-Qur’an dan hadis diyakini kebenarannya, dan berlangsung sepanjang zaman, maka ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan normatif-deduktif ini disebut pula dengan ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan perenialis.[4]

 Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan normatif-deduktif di Indonesia buat pertama kali ditulis oleh H.M.Arifin pada tahun 1991 dengan menggunakan tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan pendekatan interdisipliner. Tulisan ini selain memperkenalkan teorisasi pendidikan Islam, seperti pengertian pendidikan Islam, persyaratan ilmiah dan pengembangan teori pendidikan Islam, juga mengemukakan pendidikan Islam (hakikat, input, proses dan produk, sasaran, tujuan dan hubungan pendidikan Islam dengan falsafah pendidikan Islam), implikasi kependidikan dalam ayat al-Qur’an, metodologi dan institusi pendidikan Islam, teori tentang fithrah, sistem pendekatan, orientasi dan moden, sistem pendidikan filossofis, pendekatan sistem, pendekatan paedagogis dan psikologis, keagamaan, historis, materi, metode dan tujuan dalam proses pendidikan Islam, serta evaluasi dalam pendidikan Islam.[5] Jika dilihat dari segi isinya, tulisan tersebut sudah agak lengkap, namun penyajiannya terkesan kurang sistematis, dan tingkat kedalaman akademiknya belum memadai.

Tulisan tentang Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam lebih lanjut ditulis oleh Ahmad Tafsir, Guru Besar Filsafat Pendidikan Islam dari UIN Sunan Gunung Jati Bandung. Dalam bukunya yang terbit pertama kali tahun 1992 oleh Remaja Rosdakarya Bandung, ia membahas tentang konsep pengetahuan dalam Islam, definisi ilmu pendidikan Islam, definisi pendidikan Islam, tujuan, kurikulum, guru, dana dan peralatan dalam pendidikan Islam, profesionalisme, bentuk baru sistem pendidikan Islam di Indonesia, metode pendidikan Islam, pendidikan dalam rumah tangga, dan berkenalan dengan pesantern.[6] Konten buku ini nampak lebih terkait langsung dengan berbagai komponen pendidikan, namun tetap saja masih belum menjangkau semuanya. Aspek evaluasi, manajemen, tenaga pendidik dan kependidikan misalnya belum dibahas dalam buku ini. Buku yang tebalnya sekitar 208 halaman ini juga sifat kajiannya sudah agak mendalam.

Buku Ilmu Pendidikan Islam berikutnya ditulis oleh Hery Noer Ali pada tahun 1996. Buku yang diterbitkan Logos Wacana Ilmu dengan ketebalan 171 halaman ini, membahas tentang pengertian pendidikan Islam, ilmu pendidikan Islam, dasar-dasar ilmu pendidikan Islam, tujuan, pendidik, peserta didik, alat-alat pendidikan, kurikulum, metode dan lingkungan pendidikan.[7] Selain agak kurang sistematik, seperti halnya buku H.M.Arifin, buku ini juga masih belum membahas komponen pendidikan Islam lainnya. Komponen manajemen pengelolaan dan evaluasi pendidikan Islam misalnya masih belum dibahas salam buku ini. Selain itu, sifat kajian buku ini juga cenderung normatif deduktif dan kurang didukung data-data empirik dan segi-segi aplikasinya, sehingga buku ini hanya bersifat wawasan atau pengetahuan semata.

Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan normatif-deduktif lainnya ditulis oleh Abuddin Nata pada tahun 2010. Buku setebal 323 halaman dan diterbitkan Kencana Prenada Media Group ini membahas pengertian, visi, dan misi, tujuan, sumber-sumber, dasar-dasar, prinsip-prinsip, kurikulum, proses belajar mengajar, pendidik, peserta didik, lembaga pendidikan, pembiayaan, tradisi ilmiah, pengeloaan, kerjasama, lingkungan dan evaluasi pendidikan dengan. Buku yang menggunakan pendekatan normatif-deduktif dan filosofis ini nampaknya lebih lengkap dibandingkan dengan buku-buku sebelumnya, bahkan lebih lengkap dibandingkan dengan delapan standard nasional pendidikan yang digunakan pemerintah. Hal-hal yang terkait dengan tujuan, sumber, dasar, prinsip, dan lembaga pendidikan Islam misalnya, termasuk yang dapat disebutkan sebagai kelengkapan dari buku ini.[8] Selain itu, Abuddin Nata juga menulis buku Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir al-Ayat al-Tarbawiy), tahun 2002, setebal 277 halaman, dan diterbitkan tahun 2002, berbicara tentang pokok-pokok kandungan al-Qur’an, asal usul kejadian manusia, mengenal Allah, misi kerasulan, makna keberadaan alam dunia, aspek pendidikan yang terkandungan dalam rukun Iman dan kehidupan akhirat, posisi akal dan nafsu dalam Islam, ilmu pengetahuan, amar ma’ruf nahi munkar, pembinaan generasi muda, kerukunan hidup antar umat beragama, pembinaan masyarakat, disiplin dan menegakkan keadilan.[9]

                Berdasarkan paparan tersebut di atas tercatat beberapa kondisi objektif tentang pendidikan Islam sebagai berikut. Pertama, ilmu pendidikan Islam di Indonesia, tergolong terlambat. Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, atau lebih jauh lagi setelah terjadinya gerakan pembaharuan pemikiran Islam di abad ke-18, ternyata buku tentang Ilmu Pendidikan Islam di Indonesia masih dapat dihitung dengan jari. Kedua, dilihat dari segi kandungannya, umumnya buku-buku tersebut masih belum lengkap. Namun jika antara satu dan lainnya dihubungkan, maka dapat saling melengkapi. Ketiga, dilihat dari segi sifat kajiannya, nampak belum terlalu mendalam. Keempat, dilihat dari segi sifatnya kajiannya, nampak masih bersifat normatif-deduktif. Kajian ilmu pendidikan Islam yang bercorak normatif-deduktif ini mirip dengan model kajian pendidikan Islam yang dilakukan para ulama Timur Tengah dalam dekade terakhir ini. Pada tahun 1428 H./2007 misalnya, Anwar al-Baz menulis buku al-Tarfir al-Tarbawi li al-Qur’an al-Karim. Buku yang diterbitkan Dar al-Nasyr lil al-Jami’ah, Mesir ini membahas tafsir al-Qur’an dari mulai surat al-Fatihah hingga akhir surat al-Naas dengan pendekatan normatif-deduktif yang dibagi ke dalam tiga jilid. Di dalam surat al-Fatihah misalnya terdapat lima unsur pendidikan, yaitu: (1)perintah beribadah hanya kepada Allah, (2)etika berdo’a, yang dimulai dengan ucapan al-hamdulillah; (3)agar tidak beribadah kepada selain Allah; (4)pengakuan terhadap ni’mat Allah yang harus disertai dengan menghias diri dengan akhlak yang baik; dan (5)bahwa keinginan mendapatkan hidayah harus ditempuh dengan jalan mengikuti jalan hidup orang-orang yang shalih.[10] Muncul pula buku al-Tarbiyah al-Diniyah (al-Ghaibah), karangan Ulama al-Azhar,  Ali  Abd al-Halim Mahmud pada tahun 1421 H./2000 M. Buku setebal 455 halaman ini menjelaskan pendidikan agama sebgaimana yang terdapat dalam kitab-kitab al-Samawiyah:Taurat, Injil dan Qur’an, memahami asas-asas pendidikan agama:pengakuan terhadap adanya ruh, penciptaan, akal, ilmu pengetahuan, hak-hak asasi manusia, gerekan keilmuan, dan kewajiban mengelurkan manusia dari kesesatan menuju jalan terang benderang, dan pendidikan sebagaimana yang dibawa oleh Rasulullah SAW, antara anjuran al-Qur’an dan al-Sunnah agar belajar dan menyebarkan ilmu pengetahuan, pendidikan tentang keimanan, keislaman, akhlak dan kemasyarakatan, serta dikirimnya sejumlah para sahabat ke berbagai daerah untuk  menjadi guru.[11] Selanjutnya Ali Abd al-Halim Mahmud juga menulis buku al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Bait (Pendidikan Islam di Rumah), al-Tarbiyah al-Islamiyah fi surat al-Anfal (Pendidikan Islam di dalam surat al-Anfal),, al-Tarbiyah al-Islamiyah di surat al-Ahzaab (Pendidikan Islam dalam surat al-Ahzab),  al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Madrasah (Pendidikan Islam di Sekolah),  dan Kaifa nuallimu Auladana al-Islam bithariqah Syahihah (Bagaimana Kita Mendidik Anak Kita yang Islam dengan Cara yang Benar).[12]

 

2.Ilmu Pendidikan dengan Pendekatan Historis

                Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan historis dapat mengandung arti ilmu pendidikan yang menggunakan jasa ilmu sejarah, dan dapat pula berarti sebuah kegiatan akademik dan ilmiah yang berusaha memanfaatkan berbagai peristiwa sejarah yang terkait dengan pendidikan Islam di masa lalu untuk membangun dan mengembangan ilmu pendidikan di masa sekarang dan yang akan datang. Aspek-aspek yang terdapat dalam unsur sejarah, yakni what (apa-peristiwanya), when (kapan-waktunya), where (di mana-tempatnya), who (siapa-pelakunya), why (mengapa:latar belakangnya), dan how (mengapa-tujuan dan manfaatnya) akan digunakan dalam memahami masalah-masalah pendidikan.[13] 

Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan historis di Indonesia buat pertama kali ditulis oleh Mahmud Yunus dengan judul Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia pada tahun 1962. Dalam buku setebal 419 ini secara garis besar dikemukakan tentang Sejarah Pendidikan Islam di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Maluku, serta Persatuan Pendidikan Islam di Indonesia.

Pada pembahasan tentang Pendidikan Islam di Sumatera dikemukakan tentang pendidikan Islam di Minangkabau (masuknya Islam ke Minangkabau, kerajaan Islam di Minangkabau, penyiaran/pendidikan Islam, kerusuhan di Mingkabau, Imam Bonjol, cara mengajar  pada pengajian Qur’an, pengajian kitab, contoh kitab Awamil, cara mengajar pada pengajian kitab, dan contoh Kitab Tafsir Jalalain tulisan tangan). Selain itu, dibahas pula masa perubahan (1900-1908), zaman lahirnya madrasah-madrasah (1909-1930 M) (Adabiah School, Madras School Mahmud Yunus, Diniah School Zainuddin Labar al-Yunusy, perubahan surau menjadi madrasah, Sumatera Thawalib, pendidikan untuk masyarakat, (majalah-majalah Islam:al-Munir, al-Bayan, al-Imam, al-Basyr), kitab agama dalam bahasa Melayu, aliran baru dalam Islam, perkumpulan-perkumpulan Islam di Minangkabau, PGAI, Sumatera Thawalib, Permi, Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Madrasah-madrasah Tarbiyah Islamiyah di Minangkabau. Selain itu, dibahas pula tentang modernisasi madrasah-madrasah di Minangkabau, pendidikan Islam sesudah Indonesia Merdeka:ditandai oleh munculnya para ulama yang berkiprah dalam bidang pendidikan:Syaikh H.N. Thaib Umar, Syaikh H.Abd. Karim Amrullah, Syaikh H. Ibrahim Musa, Syaikh H.Abdullah Ahmad, Syaikh M. Jamil Jambek, Syaikh H.M. Thahir Jalaluddin, dan Zainuddin Labai. Dilanjutkan dengan informasi tentang pendidikan Islam di Jambi (Madrasah Nurul Iman, Madrasah Nurul Islam, Madrasah Sa’adatud Darain, Madrasah Jauharain, Madrasah As’ad dan lain-lain, serta kitab-kitab yang dipakai. Dilanjutkan dengan informasi pendidikan di Aceh:pesantren-pesantren di Aceh, ulama-ulama Aceh, nama-nama kitab tafsir dan kitab-kitab agama dalam bahasa Arab, pelajaran agama masa kemunduran, masa perubahan, lahirnya madrasah di Aceh, Persatuan Ulama  Seluruh Aceg (PUSA), dan Madrasah Islam Modern di Langsa. Dikemukakan pula informasi tentang pendidikan Islam di Sumatera Utara (Informasi tentang pesantren, lahirnya madrasah dan macam-macamnya:Madrasah Maslurah Azizah di Langkat, dan Madrasah Mustafawiyah di Tapanuli, nama para ulama (Syaikh Hasan Ma’sum, Syaikh Mustafa Husain Purbabaru, Jami’ah al-Washliyah, Taman Pendidikan Islam Medan, Universitas Islam Sumatera Utara (USUD). Dilanjutkan dengan pendidikan Islam di Sumatera Selatan, berisi informasi tentang pesantren dan beberapa madrasah: Madrasah  Ahliah Diniyah, Nurul Falah, Darul Funung, dan Perguruan Tinggi Palembang, dan Fakultas Hukum Islam.

                Selanjutnya tentang pendidikan Islam di Jawa, dikemukakan tentang masuknya Islam ke pulau Jawa, para wali yang sembilan, organisasi pendidikan Islam, kerajaan Demak, kitab pelajaran agam, zaman kerajaan Islam Mataram, dan organisasi pendidikan Islam di zaman Mataram, pendidikan Islam di Jawa sebelum tahun 1900 M, pengajian al-Qur’an, pondok pesantren di Jawa tahun 1900 M, sistem pengajaran, kitab-kitab pelajaran dan foto K.H.Hasyim Asy’ari. Dilanjutkan dengan pendidikan Islam di Jawa Timur, Jawa Tengah/Yogyakarta, Jawa Barat, dan Jakarta, yang polanya berisi informasi tentang pondok pesantren baik yang salafiyah maupun yang modern, para kiai, kitab dan cara mengajarkannya, lahirnya madrasah, keculai di Jakarta yang hanya diinformasikan tentang sejumlah madrasah:Al-Irsyad, Da’wah Islamiyah, Jami’at al-Khair serta Perguruan Tinggi Islam di Jakarta.

                Tentang informasi pendidikan di Sulawesi, Nusa Tenggara, Kalimantan dan Maluku, polanya berisi informasi tentang masuknya Islam ke berbagai wilayah tersebut, berdirinya madrasah, nama-nama para ulama, seperti Syaikh H.M. As’ad bin H.A.Rasyid Bugis, di Sulawesi, K.H.Muh. Zainuddin di Nusa Tenggara, dan Idham Khalid di Kalimantan, rencana pelajaran, dan berdirinya perguruan tinggi, seperti Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Makassar.

                Pada pembahasan tentang persatuan pendidikan Islam di Indonesia, dikemukakan tentang berdirinya Kementerian Agama di Yogyakarta/Jakarta, Peraturan Bersama Menteri PPK dan Menteri Agama, berdirinya PGA, SGHA, riwayat hidup Menteri Agama K.H.Wahid Hasyim, dan K.H.M. Wahib Wahab, statistik madrasah 1954, Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri Yogya, serta IAIN.[14]

                Informasi tersebut memperlihatkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, bahwa Mahmud Yunus adalah orang pertama, perintis atau pelopor penulisan Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Kedua, bahwa walaupun buku ini masih bersifat laporan yang agak sporadis, namun isinya relatif sudah lengkap, mencakup seluruh wilayah Indonesia, berbagai aspek atau komponen pendidikan, terutama dari segi kelembagaan dan rencana pelajarannya. Ketiga, di samping terdapat unsur persamaan pola pertumbuhan dan pengembangan pendidikan, juga terdapat unsur perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Pola pertumbuhan pendidikan di pulau Jawa misalnya hampir bersamaan antara yang terjadi di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat,  yaitu mulai dari masuknya Islam, berdirinya pesantren, madrasah, serta perguruan tinggi Islam. Sedangkan perbedaannya terjadi, bahwa pada luar Jawa, pada umumnya tidak dikenal adanya istilah pesantren, melainkan lebih banyak didominasi oleh madrasah. Lembaga pendidikan awal yang mirip pesantren di Jawa, seperti Surau di Sumatera Barat; rangkang, dayah dan meunasah di Aceh misalnya, yang merupakan unsur kesamaan dari segi substansinya, namun beda dari segi namanya, nampak tidak dijelaskan. Keempat, bahwa sifat dan karakter tulisan Sejarah Pendidikan Islam Mahmud Yunus ini telah membuka jalan bagi para peneliti berikutnya yang akan lebih mendalami lagi.

                Dalam pada itu Ilmu pendidikan dengan pendekatan sejarah juga dikembangkan oleh Zuhairin, dkk.,  melalui bukunya Sejarah Pendidikan Islam setebal257 halaman, dan diterbitkan pertama kali tahun 1992. Selain dibicarakan tentang pengertian, objek, metode, kegunaan, dan periodesasi sejarah pendidikan Islam, dalam buku ini juga dibahas tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam:di Mekkah dan di Madinah, masa pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, masa kejayaan pendidikan Islam, dan pendidikan Islam di Indonesia: masuk dan berkembangnya Islam, berbagai kebijakan pemerintah Belanda dan Jepang dalam bidang Pendidikan Islam, berbagai kebijakan Pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan Islam, organisasi, lembaga dan tokoh pendidikan Islam, serta sistem dan isi pendidikan Islam.[15]

                Selanjutnya muncul pula buku tentang Sejarah Madrasah dan Perkembangannya yang ditulis oleh H.Maksum pada tahun 1999, dan diterbitkan oleh Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran. Selain berisi informasi tentang madrasah pada masa klasik, masa pertumbuhan, dan perkembangan, juga berbicara tentang kebijakan pemerintah,  buku setebal 179 halaman ini bicara pula tentang konsep karakteristik pendidikan Islam dan pemikiran cendekiawan kontemporer.[16]

Setelah itu pada tahun 2012, Abuddin Nata menulis buku Sejarah Pendidikan Islam. Buku setebal 303 halaman ini selain berisi informasi tentang informasi lembaga-lembaga pendidikan Islam sebelum Madrasah, pertumbuhan madrasah pada periode awal sebelum lahirnya Madrasah Nidzamiah, Madrasah Nidzamiah, Madrasah-madrasah di Mekkah dan Madinah, Madrasah Tingkat Tinggi (Universitas Al-Azhar), juga membahas tentang prinsip-prinsip umum pendidikan Islam, peran lembaga pendidikan Islam klasik dalam mencetak ulama, kurikulum pendidikan Islam klasi, kehidupan para siswa di zaman klasik Islam, guru masa klasik, unsur-unsur filsafat Yunani dalam pendidikan Islam pada masa klasik, fungsi madrasah dalam pengembangan ilmu pengetahuan Islam, modernisasi pendidikan Islam, pola interaksi guru dan siswa pada pendidikan Islam klasik, pendanaan pendidikan Islam masa klasik, mazhab-mazhab dalam pendidikan Islam, pendidikan Islam di Spanyol, pendidikan Islam pada masa kerajaan Turki Utsmani.[17] Selanjutnya terdapat pula buku yang secara khusus membahas tentang sejarah Surau. Buku yang ditulis Prof.Azyumardi Azra, ini berisi uraian tentang surar di tengah krisis, pesantren dalam perspektif Minangkabau, peran surau dan tarekat, surau sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, surau dalam masa transisi, dan dari surau ke Pesantren.[18]

Selain itu terdapat pula buku Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam Potret Timur Tengah Era Awal dan Indonesia. Buku setebal 251 halaman yang ditulis oleh Samsul Nizar dan diterbitkan tahun 2005 oleh Ciputat Press Group ini berisi informasi tentang institusi pendidkan Islam masa awal:Kuttab dan Masjid, transformasi dan kontribusi intelektual Islam terhadap dunia Barat, dinamika sejarah pendidikan perempuan:Potret Timur Tengah dan Indonesia Awal, Dinamika Historis Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia:Kasus Lembaga Pendidikan Surau di Miningkabau, Gerakan Pembaharian Pendidikan Islam di Indonesia Era Awal:Kasus Minangkabau, Diskursus Pemikitan Pendidikan Islam:Kajian atas Pendekatan dan Metodologi, Posisi Pendidikan Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional, dan Membangun Paradigma Pendidikan Multikultural.[19]

                Selanjutnya terdapat pula buku Sejarah Pendidikan Islam setebal 229 yang ditulis Hanun Asrohah, yang diterbitkan Logos Wacana Ilmu Tahun 1419 H./1999 M, yang menginformasikan tentang pendidikan Islam dan sejarahnya di masa awal, Islam dan pemikiran Hellenisme dan pengaruhnya terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam sebelum kebangkitan madrasah, sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan, kebangkitan madrasah, pembaharuan pendidikan Islam, pendidikan Islam di Indonesia, serta integrasi pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan nasional.[20] Dilihat dari segi isinya, buku ini nampak kurang begitu sesuai dengan judulnya. Isinya, tidak hanya bicara sejarah pendidikan Islam sebagaimana lazimnya buku sejarah pendidikan Islam sebagaimana tersebut di atas, tetapi juga bicara tentang filsafat, pembaharuan pendidikan Islam, serta kebijakan pendidikan Islam, walaupun tentu semua masalah tersebut ada hubungannya dengan dimensi sejarah:waktu, tempat, pelaku, latar belakang dan sebagainya.

                Sementara itu, Suwito dan Fauzan mengedit buku berjudul Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara Studi Perkembangan Sejarah dari Abad 13 hingga abad 20. Buku yang diterbitkan antara Angkasa, Bandung, dan UIN Jakarta Press, tahun 2004, setebal 292 halaman ini berbicara tentang pendidikan masa Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Aceh Darus Salam, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Banren, Kerajaan Banjar, Irian Jaya, Kerajaan Wajo, dan di Kerajaan Islam Nusa Tenggara dan Islam Sasak. Selain itu, buku ini juga berbicara tentang Majelis Ta’lim, pendidikan Islam di Madura, pendidikan Islam di Nusantara pada Zaman Belanda, zaman Jepang, Orde Lama, Orde Baru; serta Pesantren, Madrasah Diniyah, Madrasah Aliyah dan Perguruan Tinggi Islam swasta dan negeri.[21]

                Dalam pada itu terdapat pula buku Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan. Buku  setebal 464 halaman yang berisi kumpulan tulisan yang diedit oleh Suwito dan Fauzan ini terbit pada tahun 2003 oleh Penerbit Angkasa Bandung. Buku ini berisi 35 bab. Bab I Pendahuluan, sedangkan bab 35 penutup. Tiga puluh tiga bab lainnya berbicara sejarah pemikiran pendidikan Washil bin Atha, Abu Hudzail al-‘Allaf, Imam Hanafi, Imam Syafi’I, Ibn Sahnun, al-Farabi, Abu Hasan al-Asy’ar, Ibn Miskawaih, Ibn Sina, Ibn Hazm, Khatib al-Baghdadi, al-Ghazali, al-Zamakhsyari, Al-Zarnuji, Hasan al-Tusi, Ibn Qayyim al-Jauziyah, Ibn Taimiyah, Ibn Jama’ah, Ibn Khaldun, Muhammad bin Abdul Wahhab, Abdl Rahmah al-Jabarti, Imam Muhammad Nawawi al-Bantani, Muhammad Abduh, al-Abd al-Rahman al-Khawakibi, K.H.Ahmad Dahlan, K.H.Ahmad Dahlan, Hasyim Asy’ari, Ahmad Hassan, Mahmud Yunus, Hamka, M.Rasyidi, dan Harun Nasution.[22] Buku ini sungguhpun judulnya tanpa menyebut Islam, namun isinya tentang tokoh-tokoh pendidikan Islam. Namun nama-nama tokoh tersebut sungguhpun memiliki pemikiran pendidikan, namun pada umumnya tokoh-tokoh tersebut ada dikenal sebagai teolog (Washil bin Atha’, Abu al-Huzail, Ibn Taimiyah, Hasyim Asy’ari), fuqoha (Imam Hanifah, Imam Syafi’), filosof (al-Farabi dan Ibn Sina),  Pembaharu (Muhammad Abduh dan Harun Nasution, dan Hamka), dan tokoh pendidikan (Mahmud Yunus, K.H.Ahmad Dahlan).

                Samsul Nizar menulis buku Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia setebal 360 yang diterbitkan oleh Kencana Prenada Media Group tahun 2007, berisi 20 bab, tentang pendidikan zaman Rasulullah SAW, Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah, Periode Abbasiyah, Era Spanyol, Andalusia dan Sisilia, lembaga-lembaga pendidikan Islam Era Awal:Rumah, Kuttab, Mesjid, Saloon, dan Madrasah, dinamika sejarah Pendidikan Perempuan Potret, dikotomi ilmu pengetahuan, Muhammad Abduh dan Usaha Pembaruan Pendidikan Islam di Mesir, Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Implikasinya dalam Pendidikan, Sejarah dan Dinamika Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Nusantara:Surau, Meunasah, Pesantren, dan Madrasah, Pola dan Kebijakan Pendidikan Islam di Nusantara pada Masa Awal sampai sebelum Kemerdekaan:Kasus Kebijakan Politik Kolonial Belanda terhadap Gerakan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia.[23]

                Selanjutnya ada pula buku sejarah yang secara khusus menginformasikan sejarah perkembangan pendidikan Islam di wilayah atau kawasan tertentu. M.Hasbi Amiruddin (62 th) Guru Besar UIN al-Raniry Banda Aceh, menulis buku tentang Perkembangan Pendidikan Islam di Turki. Buku setebal118 halaman yang diterbitkan Lembaga Studi Agama dan Masyarakat Aceh (LSAMA) tahun 2013 ini menginformasikan tentang kerajaan Islam Turki:Kemajuan dan Kemundurannya, penghapusan lembaga-lembaga pendidikan agama, usaha pembaharuan yang gagal, dan usaha-usaha umat Islam menjaga kesinambungan generasi Islam.[24]

                Dalam pada itu, Haidar Putra Daulay (66 th), Guru Besar Sejarah Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Pascasarjana UIN Sumatera Utara,dan Hj. Nurgaya Pasa (63 th), dosen Senior di Fakultas Tarbiyah UIN Sumatera Utara Medan, menulis buku Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah. Buku setebal 246 halaman dan diterbitkan oleh Kencana Prenada Media Group, tahun 2013 ini menginformasikan tentang perkembangan pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW, Khulafaur Rasyidin dan Bani Umayyah, pendidikan Islam pada masa kemajuan:latar belakang timbulnya era kemajuan, lembaga-lembaga pendidikan Islam sistem pendidikan dan pengajaran, dan ciri-ciri pendidikan Islam pada zaman kemajuan; pendidikan Islam pada masa kemunduran:latar belakang, faktor-faktor penyebab kemunduran, dan profil pendidikan Islam pada masa kemunduran; pendidikan Islam pada masa pembaharuan:pengertian dan ruang lingkup pembaharuan dalam Islam, latar belakang pembaharuan, dan pendidikan Islam pada masa pembaharuan; dan pendidikan Islam di era kebangkitan:gambaran umum umat Islam di era kebangkitan, kebangkitan pendidikan Islam dan pendidikan Islam di era globalisasi.[25]

                Sementara itu, terdapat pula buku yang walaupun judulnya bukan sejarah pendidikan Islam, namun isinya berkenaan dengan informasi mengenai sejarah pemikiran pendidikan Islam. Buku tersebut berjudul Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam Mengenai Tokoh Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia yang ditulis Ramayulis dan Samsul Nizar. Buku setebal 361 halaman dan diterbitkan tahun 2005 oleh Quantum Teaching ini berisi sejarah pemikiran pendidikan Islam dari luar Indonesia: Imam al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ibn Sina, al-Thahthawi, Muhammad Abduh, Ahmad Syurkati, al-Qabisi, Hasan al-Banna, Ikhwan al-Shafa, Ismail Raji al-Faruqi, Muhammad Naquib al-Attas, Hasan Langgulung; dan dari Indonesia:K.H.Abdul Halim, K.H.Ahmad Dahlan, K.H.Hasyim Asy’ari, Abdul Karim Amrullah, Zainuddin Labay el-Yunusi, Rahmah el-Yunusiah, Hamka, Muhammad Natsir dan Mahmud Yunus.[26]

                Selanjutnya ada pula buku yang sebagian isinya mengandung informasi tentang sejarah pendidikan Islam yang ditulis Djamaluddin Darwis (68 th), Guru Besar Pendidikan Islam UiN Semarang, Jawa Tengah. Buku berjudul Dinamika Pendidikan Islam setebal 255 halaman, dan diterbitkan RaSAIL (Ranah Ilmu-ilmu Sosial Agama dan Interdisipliner, 2010), cet. II,  selain berbicara tentang pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah:dari segi kelembagaan, perguruan tinggi dan tokoh pendidikan:K.H.Ahmad Dahlan, juga bicara tentang ragam dinamika pendidikan Islam, dan dinamika organisasi sosial Islam dalam pendidikan.[27]

                Selain itu, dinamika sejarah pendidikan Islam di Indonesia juga diramaikan oleh sejumlah buku terjemahan tentang pendidikan Islam, baik yang dilakukan oleh cendekiawan Indonesia, maupun luar Indonesia. Dalam kaitan ini, misalnya tercatat buku: Tarbiyah al-Aulad, karya Nasih Ulwan, sebanyak tiga jilid  yang diterjemahkan oleh Hery Noer Ali, menjadi Pendidikan Anak. Selanjutnya buku A’lam Tarbiyyah fi al-Hadharah al-Islamiyah, karangan Said Ismail, yang diterjemahkan oleh Muhammad Zainal Arifin, diterbitkan Pustaka al-Kautsar, Jakarta, tahun 2010, dengan judul Pelopor Pendidikan lam Paling Berpengaruh.

                Dari penelusuran terhadap pemikiran sejarah pendidikan melalui dua belas buku tentang pendidikan Islam tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, penelitian sejarah pendidikan Islam di Indonesia sudah terjadi, walaupun waktunya terlambat dibandingkan dengan yang terjadi di Mesir. Pada tahun 1950-an misalnya, Ahmad Syalabi, Guru Besar Sejarah Kebudayaan Islam di Al-Azhar Mesir misalnya telah menulis buku Tarikh al-Tarbiyah al-Islamiyah (Sejarah Pendidikan Islam). Di Indonesia, penulisan buku Sejarah Pendidikan Islam baru dimulai pada awal tahun 60-an, dengan pelopornya Mahmud Yunus, Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam yang pernah belajar di Universitas Al-Azhar. Kedua, buku-buku tersebut telah mengemukakan sejarah pendidikan Islam baik yang terjadi di dalam maupun luar negeri, dengan berbagai aspeknya, walaupun masih terasa kurang mendalam. Ketiga, bobot ilmiah buku-buku tersebut masih terasa kurang, karena sebagian besar kurang didukung data hasil penelitian lapangan yang akurat. Keempat, pada umumnya buku-buku tersebut bersifat saling melengkapi, dan secara umum tingkat duplikasi dan pengulangannya tidak terlampau besar.

 

3. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Filsafat

                Secara harfiah Ilmu Pendidikan Islam dengan pendektan filsafat, atau filsafat pendidikan Islam adalah sebuah ilmu yang menggunakan jasa filsafat untuk menyelesaikan masalah-masalah pendidikan, seperti dikotomi pendidikan, terlalu berorientasi pada masalah moral dan keakhiratan, lulusan pendidikan yang tidak sesuai dengan tuntutan lapangan kerja, kenakalan pelajaran, kekerasan di sekolah, dan lain sebagainya. Semua problema pendidikan ini diyakini dapat diatasi oleh filsafat pendidikan Islam, mengingat berbagai faktor penyebab terjadinya masalah tersebut bermula dari kekeliruan dalam memandang hal-hal yang fundamental dalam filsafat pendidikan. Diketahui, bahwa dalam filsafat dibahas tentang konsep manusia, masyarakat, alam, dan ilmu pengetahuan. Kekeliruan dalam memahami masalah-masalah yang mendasar ini akan berakibat pada terjadinya berbagai masalah pendidikan sebagaimana tersebut di atas. Filsafat yang digunakan jasanya untuk menyelesaikan masalah-masalah pendidikan tersebut berupaya meluruskan dan memperbaiki berbagai konsep mendasar tersebut. Demikian pula cara berfikir filosof yang bersifat sistematik, radikal, universal, spekulatif, deduktif, induktif, dialektik dan reflektif, dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah pendidikan. Intinya adalah bahwa untuk menyelesaikan berbagai masalah pendidikan Islam tersebut harus dimintakan peran dari filsafat pendidikan Islam.[28]

                Diketahui, bahwa agar filsafat pendidikan tersebut terumuskan secara sistematik, mendasar, dan siap diaplikasikan dengan komitmen yang kuat, maka filsafat tersebut harus diturunkan menjadi ideologi pendidikan. Itulah sebabnya antara filsafat pendidikan dengan ideologi pendidikan saling berkaitan. Praktek pendidikan yang berlangsung di Barat misalnya berpegang pada ideologi pendidikan tertentu, seperti ideologi pendidikan konservatif, perenialis, liberal, pragmatis dan progressiv yang secara keseluruhan bertolak dari pandangan Barat yang sekuler, rasional, dan materialistik. Beberapa ideologi pendidikan Nativisme dari Arhur Schopenhaur, Empirisme dari John Lock; Konvergensi dari William Stern, progressivisme dari John Dewey, atau pendidikan yang membebaskan dari Paulo Freire[29] misalnya, banyak diterapkan dalam pendidikan pada umumnya.

                Didorong oleh pertimbangan bahwa filsafat pendidikan Islam memiliki peran yang demikian besar, serta keinginan yang kuat agar pendidikan Islam didasarkan pada filsafat atau ideologi pendidikan Islam sendiri, maka di kalangan para peneliti berupaya menggali dan mengembangkan filsafat pendidikan Islam yang bersumber dari prinsip-prinsip serta sumber ajaran Islam itu sendiri. Inilah yang mendorong lahirnya filsafat pendidikan Islam di Indonesia.

Pengembangan ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan filsafat, atau tepatnya Filsafat Pendidikan Islam di Indonesia dimulai tahun 1994 oleh Muzayyin Arifin dengan bukunya berjudul Filsafat Pendidikan Islam, setebal 192 halaman, yang ditebitkan Bumi Aksara, Jakarta. Muzayyin Arifin (alm), sebagai guru besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam buku tersebut berbicara tentang mempelajari filsafat pendidikan Islam, pengertian pendidikan Islam, metode studi dalam filsafat pendidikan Islam, tugas dan fungsi pendidikan, sikap dalam menghadapi tantangan terhadap pendidikan, manusia dan proses kependidikan, kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam, metode dalam pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, sistem nilai dan moral Islami, dan manusia dan Fitrah Perkembangan.[30]

                Disusul kemudian A.Malik Fadjar, (71 th), Guru Besar Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan bukunya berjudul Reorientasi Pendidikan Islam, setelah 179 halaman yang diterbitkan tahun 1999 oleh Penerbit Fajar Dunia, Jakarta, berbicara tentang filosofi pendidikan Isla:paradigma pendidikan Islam, Sosiologi Pendidikan Islam dan Islam sebagai Disiplin Ilmu; Reorientasi Wawasan Pendidikan Islam: Kiprah dan tantangan guru agama, reorientasi wawasan pendidikan Muhammadiyah dan NU; Posisi Strategis Pendidikan Agama di Tengah Masyarakat Modern:Madrasah dan tantantan zaman, perguruan tinggi Islam antara Gellenis dan Semitis, Sintsa antara perguruan tinggi Islam dan pesantren, agama dan masalah pergeseran nilai budaya, signifikansi pendidikan agama luar sekolah; Kepemimpinan dan Pendidikan Muhammadiyah:Muhammadiyan dan Kepemimpinan Masa Depan, Mencari Model Laboratorium Ulama Muhammadiyah, SDM, Pendidikan dan Tantangan Muhammadiyah.[31]

Disusul kemudian oleh Djunaidatul Munawwarah dan Tanenji, dengan bukunya Filsafat Pendidikan Perspektif Islam dan Umum, setebal 216 halaman,  yang diterbitkan tahun 2003 oleh UIN Jakarta Press, yang berbicara tentang pengertian, objek kajian dan tugas filsafat pendidikan, metode kajian filsafat pendidikan dan fungsi/kegunaan bagi pendidikan, sistem pembahasan masalah filsafat dalam pendidikan, manusia dalam perspektif Islam, manusia dalam perspektif filsafat dan ilmu pengetahuan, relevansi faham empirisme, nativisme, konvergensi dan konsep fitrah, aliran filsafat pendidikan modern, pendidikan dalam perspektif Islam, konsep kepribadian Muslim dan konsepsi pendidikan nasional Pancasila.[32]

Abuddin Nata, dengan bukunya Filsafat Pendidikan Islam, setebal 275 yang diterbitkan Gaya Media Pratama, Jakarta tahun 2005, berbicara tentang pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam, visi, misi dan sifat pendidikan Islam, dasar dan asas pendidikan dalam al-Qur’an, kedudukan mansia dalam alam semesta, tinjauan filosfis tentang tujuan, pendidik, anak didik, metode, lingkungan, kurikulum, dan evaluasi pendidikan; pendidikan dalam pemikiran al-Ghazalim Ibn Khaldun, Ikhwan al-Safa, Zainuddin Labay, Ahmad Surkati, dan Ahmad Dahlan.[33]

Kemudian Al-Rasyidin dan Samsul Nizar menulis buku Filsafat Pendidikan Islam setebal213 halaman yang diterbitkan Ciputat Press, Jakarta, Tahun 2005; bicara tentang kedudukan manusia dalam alam semesta, hakikat dan tujuan pendidikan Isla, paradigma pendidik dan peserta didik, hakikat kurikulum, hakikat metode, dan evaluasi menurut filsafat pendidikan Islam. Selain itu dibicarakan pula tentang pemikiran intelektual Muslim tentang pendidikan:al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ikhwan al-Shafa, K.H.Ahmad Dahlan, Zainuddin Labay El-Yunusi, Rahmah El-Yunusiah, Syeikh Muhammad Naquib al-Attas, dan K.H.Hasyim Asy’ari, serta tinjauan filosofis tentang learning society.[34]

Achmadi dengan judul Ideologi Pendidikan Islam, setebal 2012 halaman, yang diterbitkan Pustaka Pelajar Yogyakarta, tahun 2005; Guru Besae Ilmu Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, berbicara tentang format ideologi pendidikan Islam, fitrah manusia dan implikasinya dalam pendidikan, dasar dan tujuan pendidikan Islam, Isi pendidikan Islam, dan transformasi pendidikan Islam.[35]

 

 Abdul Haris dan Kivah Aha Putra, Filsafat Pendidikan Islam, setebal 182 halaman, diterbitkan tahun 2012, oleh Amzah, Jakarta, berbicara sekilas tentang filsafat, filsafat dan pendidikan, eksistensi filsafat pendidikan Islam, urgensi filsafat pendidikan Islam, theos, antropos dan kosmos dalam pemikiran pendidikan Islam, pembentukan kepribadian muslim, aliran-aliran dalam filsafat pendidikan Islam, problematika dan modernisasi pendidikan Islam, filsafat pendidikan Islam dan Barat.[36]

Selanjutnya Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, setebal 376 halaman, diterbitkan RajaGrafindo Persada, tahun 2013, berbicara tentang pengertian, tujuan, ruang lingkup dan metode penelitian pemikiran filsafat pendidika Islam, pemikiran filsafat tentang Tuhan, manusia, alam, masyarakat, ilmu pengetahuan dan akhlak dalam hubungannya dengan pendidikan, serta pemikiran pendidikan John Dewey, Arthur Schopenhaur (Nativisme), John Locke (Empirisme), William Stern (Konvergensi), Paulo Frire, Ivan Illich, Benyamin S.Bloom, Muhammad Abduh, Fazlur Rahman, Muhammad Naquib al-Attas, Hasan Langgulung, Mukti Ali, dan Munawir Sjadzali.[37]

Dalam pada itu, terdapat pula buku yang walaupun judulnya tidak secara eksplisit Filsafat Pendidikan Islam, namun kandungannya berbicara tentang filsafat pendidikan Islam. Antara lain Abdul Munir Mulkam, menulis buku Nalar Spiritual Pendidikan Solusi Problem Filosofis, setebal 386 halaman yang diterbitkan pada tahun 2002 oleh Tiara Wacana Yogya, berbicara tentang otonomi manusia dalam pendidikan Islam, kesalehan fungsional dalam pendidikan Islam, pendidikan Islam di tengah peradaban baru, serta pengembangan tradisi intelektual bagi penelitian pendidikan Islam.[38]

Dari sekitar delapan buku filsafat pendidikan Islam yang digunakan sebagai sample dalam tulisan ini, dapat dikemukakan beberapa catatan sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi konteks atau isi yang dibicarakan dalam filsafat pendidikan Islam oleh para penulis yang satu dengan penulis lainnya, nampak saling melengkapi. Dan jika semua pendapat tersebut dipertemukan nampak sudah mencakup hal-hal yang menjadi dasar peruusan konsep pendidikan. Konsep tentang Tuhan, manusia, masyarakat, alam jagat raya, ilmu pengetahuan, moral dan estetika misalnya sudah dibahas. Demikian pula beberapa konsep pendidikan seperti tujuan pendidikan, kurikulum, pendidik, metode dan pendekatan,  dalam belajar mengajar serta lainnya sudah dibicarakan secara mendalam. Namun berbagai konsep tersebut belum dihubungkan dengan hal-hal yang mendasar yang dibicarakan dalam filsafat, sehingga antara keduanya yang seharusnya berhubungan tidak dilakukan. Demikian pula ketika A.Malik Fadjar bicara tentang paradigma pendidikan Islam, sosiologi Pendidikan Islam dan Islam sebagai Disiplin Ilmu; Reorientasi Wawasan Pendidikan Islam, sebagaimana disebutkan dalam bukunya itu, nampak tidak terkait langsung dengan permasalahan filsafat pendidikan Islam. Kedua, dilihat dari segi ururan atau sistematikanya, nampak sebagian dari tulisan tersebut ada yang sudah sistematik, dan ada pula yang masih belum sempurna sistematikanya. Ketidak sistematisan ini mungkin didasarkan pada pertimbangan urgensitas dan fungsinya, bukan didasarkan pada keterkaitannya secara filosofis antara satu konsep dengan konsep lainnya, seperti keterkaitan konsep tentang ilmu dengan kurikulum, keterkaitan konsep tentang masyarakat dengan lulusan pendidikan, atau keterkaitan konsep manusia dengan tujuan pendidikan, dan seterusnya. Kasus seperti ini misalnya dapat dilihat pada kajian filsafat pendidikan yang dilakukan oleh H.M.Arifin. Ia mulai pembahasannya dengan pengertian pendidikan Islam, metode studi dalam filsafat pendidikan Islam, tugas dan fungsi pendidikan, sikap dalam menghadapi tantangan terhadap pendidikan, manusia dan proses kependidikan, kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam, metode dalam pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, sistem nilai dan moral Islami, dan manusia dan Fitrah Perkembangan. Mestinya ia mulai berbicara tentang konsep manusia dan fithrah perkembangannya, sistem nilai dan moral Islami, baru dikaitkan dengan berbagai komponen pendidikan. Ketiga, dari segi sifatnya kajiannya, sungguhpun bernama filsafat pendidikan namun sifat filosofisnya belum nampak. Karakteristik berfikir filosofis yang dikenal canggih, seperti sistematik, radikal, universal, spekulatif, deduktif, induktif, dialektika, sintesis  atau reflektif misalnya tidak begitu nampak. Sehingga pemikirannya itu tidak terasa berat,  agak sulit dipahami, mendalam  atau mendasar misalnya tidak terasa. Membaca buku-buku filsafat pendidikan Islam sebagaimana tersebut di atas masih terasa biasa-biasa saja, dan belum terasa bobot filosofisnya. Untuk itu tidaklah mengherankan, jika filsafat pendidikan Islam belum begitu disegani dibandingkan dengan filsafat lainnya. Keempat, dilihat dari peran dan fungsinya, filsafat pendidikan Islam tersebut nampaknya belum digunakan untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan. Beberapa masalah pendidikan yang dikemukakan dalam buku tersebut misalnya belum dilihat pemecahannya dengan menggunakan jasa filsafat. Dengan kata lain, masih terdapat kesenjangan antara masalah pendidikan dengan filsafat pendidikan. Hal ini boleh jadi disebabkan, karena filsafat pendidikan telah berubah kedudukannya hanya sebagai ilmu atau wacana yang kehilangan peran dan fungsinya, atau permasalahan pendidikan yang ada sekarang sudah demikian canggih, dan tidak dapat lagi dijawab oleh filsafat pendidikan Islam yang ada sekarang.

 

4.Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Pembaharuan

                Dinamika pendidikan Islam di Indonesia diwarnai oleh adanya usaha pembaharuan. Kosakata pembaharuan yang mengandung arti mengganti pemikiran lama dengan pemikiran baru, merumuskan kembali (reformulation), menyusun kembali (reconstruction), memperkuat kembali (revitalisation), menafsirkan kembali (reinterpretation), dan memugarkan kembali (restoration), pengembangan (development) dan lainnya, sesungguhnya lebih merupakan sifat atau keadaan, dan bukan merupakan salah satu jenis disiplin ilmu. Namun, karena dalam pembaharuan ini terdapat banyak teori dan konsep, maka pembaharuan telah tumbuh menjadi sebuah disiplin ilmu dan digunakan jasanya oleh pendidikan Islam, sehingga menjadi pembaharuan pendidikan Islam. Di kalangan umat Islam pada mulanya ada semacam keberatan menggunakan istilah pembaharuan (modernation), karena akar dan spirit lahirnya modernisasi ini pada mulanya berkaitan dengan memisahkan urusan dunia dari urusan akhirat (agama) atau lebih tepatnya merupakan buah dari proses sekularisasi. Namun dalam perjalanan waktu, kosakata pembaharuan ini diterima oleh ummat Islam setelah terlebih dahulu memberikan batan wilayah yang jelas serta tujuannya. Yaitu jika di Barat pembaharuan diartikan merubah ajaran agama sebagaimana terdapat di dalam kitab suci untuk disesuaikan dengan  pendapat akal pikiran (rasionalisme), maka dalam Islam pembaharuan diartikan memperbaharui pemahaman atau hasil pemikiran (ijtihad) manusia tentang agama agar disesuaikan dengan perkembangan zaman. Teks ayat dalam kitab suci al-Qur’an dan hadis tidak akan dirubah satu huruf-pun, namun yang dirubah adalah hasil pemahaman atas teks ayat kitab suci dan hadis tersebut. Tidak hanya itu, di kalangan umat Islam-pun ada usaha untuk menemukan prinsip-prinsip yang menjadi spirit pembaharuan tersebut dari sumber ajaran Islam sendiri, yaitu al-Qur’an dan Hadis, dan ternyata di dalam kedua sumber ini, prinsip-prinsip yang menjadi spirit pembaharuan tersebut sudah tersedia lebih dari cukup. Prinsip-prinsip yang menjadi spirit tersebut misalnya berorientasi pada masa depan, bersikap terbuka, berorientasi pada mutu yang tinggi, menghargai waktu, disiplin, kerja keras, bekerja dengan perencanaan, profesional, memuaskan masyarakat, melakukan perbaikan terus menerus, berbasis pada data dan fakta,  berpandangan integrated dalam bidang ilmu pengetahuan, demokratis, egaliter, memberikan pendidikan yang merata bagi seluruh masyarakat, dan sebagainya. Prinsip-prinsip yang menjadi spirit pembaharuan Islam ini baru disadari keberadaannya dan mulai dilaksanakan, ketika ummat Islam di akhir abad pertengahan berada dalam keterpurukan dalam bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan, lingkungan hidup, manajemen, dan lain sebagainya.

                Gagasan dan ide pembaharuan tersebut digagas oleh para ulama dan cendekiawan muslim di berbagai belahan dunia yang melihat langsung kemajuan Eropa dan Barat, seperti yang terjadi di India, Mesir, Turki, dan lain-lain. Sayyid Ahmad Khan, Sayyid Ameer Ali dan Muhammad Iqbal dari India-Pakistan; Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan Ali Abd Razik dari Mesir; Muhammad al-Fatih, Zia Gokalp, dan Kemal Attaturk dari Turki, misalnya, adalah di antara para tokoh pembaharu. Dalam memasyarakatkan gagasan dan pemikiran pembaharuannya, mereka pada umumnya menggunakan pendidikan sebagai salurannya. Hal yang demikian disadari, karena di dalam pendidikanlah terdapat sejumlah manusia yang memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk memperbaiki masa depannya. Dalam keadaan demikian, maka antara ajaran Islam dan pembaharuan terdapat hubungan fungsional yang bersifat mutual simbiotik. Dari satu sisi, usaha pembaharuan mengambil prinsip-prinsip yang menjadi spiritnya dari ajaran Islam, sedangkan dari sisi lain, prinsip-prinsip yang menjadi spirit itu disosialisasikan kepada masyarakat melalui kegiatan pendidikan. Selanjutnya, agar pendidikan sebagai kendaraan atau saluran bagi transmisi modernisasi itu dapat berjalan efektif, maka pendidikan itu sendiripun terlebih dahulu harus diperbaiki, dan dalam konteks inilah terjadi usaha pembaharuan pendidikan Islam yang di dalamnya berbagai komponen pendidikan (visi, misi, tujuan, kurikulum, metode belajar mengajar, dan sebagainya) diperbaharui.

                Sejalan dengan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka usaha pembaharuan pendidikan dilakukan di berbagai belahan dunia tersebut, termasuk di Indonesia. Usaha pembaharuan pendidikan tersebut bermula dari gagasan dan pemikiran lalu dipraktekkan, atau bermula dari praktek, yang selanjutnya barulah ditulis. Jadi terjadi keadaan merencanakan atau menuliskan sesuatu yang akan dikerjakan, atau mengerjakan sesuatu yang akan ditulis. Dengan terbatasnya kemampuan di bidang manajemen dan perencanaan, di kalangan umat Islam pada umumnya bermula dari mengerjakan, baru kemudian menuliskannya, bukan bermula dari merencanakan atau menuliskan yang dilanjutkan dengan mengerjakan.

                Gagasan dan pemikiran serta usaha pembaharuan pendidikan Islam ini selanjutnya dituangkan dalam berbagai karya ilmiah, dalam bentuk artikel, makalah ilmiah, buku, disain dan sebagainya. Melalui tulisan ini dijumpai sejumlah buku di Indonesia yang membahas pembaharuan pendidikan Islam. Buku-buku tersebut ada yang secara ada yang secara eksplisit memberi judul pembaharuan pendidikan Islam, dan ada pula buku yang judul bukan tentang pembaharuan pendidikan Islam, namun di dalam pembahasannya terdapat ide-ide pembaharuan pendidikan Islam. Murwinanti W. misalnya menyadur buku karangan Joseph S. Szyliowics berjudul Education and Modernization in Middle East dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan dan Modernisasi di Dunia Islam. Buku setebal 569 halaman yang diterbitkan al-Ikhlas, Surabaya tahun 2001 ini selain berbicara tentang pembaharuan pendidikan yang ada di Mesir, Dunia Arab, Turki dan Iran, juga berbicara tentang pendidikan dan lingkungannya, sistem pendidikan tradisional, serta pengenalan terhadap modernisasi. Melalui buku ini, pembaca mengetahui tentang corak dan warna pembaharuan pendidikan Islam di berbagai negara tersebut, yaitu ada yang bercorak Islamis, nasionalis dan sekuler; latar belakang perlunya pembaharuan pendidikan Islam, antara lain, karena ajaran Islam pada saat itu sudah kelelahaan, layu dan tidak lagi sanggup menjawab tantangan zaman, Barat sudah bangkit dan mengeksploitasi dunia Islam, dan keterbelakangan dalam berbagai bidang; serta informasi tentang kegagalan pembaharuan pendidikan Islam pada umumnya yang antara lain disebabkan karena hambatan birokrasi dan sistem pemerintahan yang otoriter, terbatasnya sumber daya manusia, terbatasnya sumber pembiayaan, dan lemahnya dalam bidang perencanaan.[39]

                Selanjutnya Muhaimin menulis buku Arah Pengembangan Pendidikan Islam:Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum, hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan. Melalui buku setebal 361 halaman yang diterbitkan Nuansa pada tahun 2010 ini, pembaca memperoleh informasi tentang wawasan pengembangan Islam, pemberdayaan pendidikan agama Islam, pengembangan kurikulum pendidikan Islam, pengembangan perguruan tinggi Islam dan Islamisasi pengetahuan dan implikasinya terhadap pengembangan pendidikan Islam.  Dalam topik Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam penulis buku ini mengemukakan hasil penelitian Karl Steenbrink (1986) yang menunjukkan bahwa pendidikan kolonial (Belanda) sangat berbeda dengan pendidikan Islam Indonesia tradisional, bukan saja dari segi metode, tetapi lebih khusus dari segi isi dan tujuannya.[40] Jika pendidikan Islam ingin maju, maka harus terbuka menerima pembaharuan, sebagaimana yang terjadi di Sumatera Barat, dan lainnya. Selanjutnya pada uraian tentang Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam dikemukakan tentang keanekaragaman pemahaman teks agama seperti pemahaman yang bersifat substansialisme, formalisme/legalisme, dan spiritualisme. Pengembangan pendidikan agama diharapkan agar tidak sampai (1)menumbuhkan semangat fanatisme buta, (2)menumbuhkan sikap intoleransi; dan (3)memperlemah kerukunan hidup beragama serta persatuan dan kesatuan nasional.[41] Dalam buku itu juga dibahas tentang kesiapan Madrasah dalam Menghadapi Peradaban Global dengan cara menempatkan Madrasah bukan hanya didekati secara keagamaan, tetapi juga didekati secara keilmuan. Pendekatan keagamaan mengasumsikan perlunya pembinaan pelaku (actor) Islam yang memiliki komitmen (pemihakan), loyalitas terhadap dan dedikasi demi tegaknya ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup muslim. Sedangkan pendekatan keilmuan mengasumsikan perlunya kajian kritis, rasional, objektf-empirik dan universal terhadap masalah keagamaan.[42] Terkait dengan pengembangan perguruan tinggi Islam, buku ini menawarkan enam agenda besar: (1)perlunya internasionalisasi pendidikan Islam; (2)perlunya manajemen pendidikan Islam yang berdasarkan kebutuhan pasar kerja; (3)perlunya manajemen pendidikan Islam secara terpadu antara pendidikan formal,dan non formal, keterpaduan antara riset, pengajaran dan pelayanan; (4)perlunya mengembangkan keterampilan terjual, dalam arti mampu menciptakan dan menawarkan jenis pelatihan dan konsultasi yang sangat diperlukan oleh insitusi-institusi terkait, user (para pengguna lulusan) atau stakeholders pada umumnya; (5)perlunya komersialisasi riset, dalam arti untuk menghimpun sumberdaya yang ada guna kepentingan masyarakat, dan (6)agar lembaga pendidikan Islam mampu memacu dan memasuki abad persaingan yang semakin ketat, maka perlu mengembangkan program khusus spesifik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.[43] Sedangkan tentang model Islamisasi Pengetahuan yang bisa dikembangkan dalam menatap era globalisasi, antara lain model purifikasi, model modernisasi Islam, dan Model Neo-Modernis.[44]

                Selanjutnya Muhaimin, lebih lanjut pembaharuan pendidikan Islam juga terdapat dalam buku Muhaimin berjudul  Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Buku setebal 332 halaman, dan diterbitkan tahun 2009 oleh Rajawali Pers, Jakarta, tidak hanya berbicara tentang model pengembangan kurikulum perguruan tinggi agama Islam (PTAIN) berbasis kompetensi, Filsafat pendidikan Islam dan implikasinya terhadap pengembangan kurikulum, pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum, model pengembangan kurikulum di madrasah, muga berbicara tentang pendidikan agama Islam di Sekolah/Perguruan Tinggi.[45]

                Tidak hanya itu, Muhaimin juga menulis buku Nuansa Baru Pendidikan Islam:Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan. Buku setebal 199 halaman yang diterbitkan Rajawali Pers, tahun 2006, berbicara tentang The Body of Knowledge dan Paradigma Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam, Wacana Islamiasi Pengetahuan, Banang Kusut Pendidikan dan tantangan pendidikan Islam, korupsi dalam perspektif pendidikan, pengembangan pendidikan agama sebagai budaya sekolah serta pendekatan terpadu dalam pembelajaran pendidikan agama di sekolah.[46]

 

                Dinamika Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan pembaharuan diramaikan pula oleh Abuddin Nata dengan bukunya Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia yang diterbitkan RajaGrafindo Persada tahun 2005 setebal,453 halaman. Dalam buku ini dikemukakan gagasan dan pemikiran pendidikan Syaikh Abdullah Ahmad, Rahmah el-Yunusiah, Syaikh Ibrahim Musa Parabek, Mahmud Yunus, Muhammad Natsir, K.H.Ahmad Dahlan, K.H.Hasyim Asy’ari, Ki Hajar Dewantara, K.H.Abdullah Syafi’I, K.H.Abdullah bin Nuh, K.H.Imam Zarkasyi, K.H. Syaifuddin Zuhri, Zakiah Daradjat, Harun Nasution, Mastuhu, Malik Fadjar, Nurcholish Majid, K.H. Abdurrahman Wahid, H.M. Quraish Shihab, AS Panji Gumilang dan Azyumardi Azra.[47] Sebelum itu, Abuddin Nata juga menulis buku Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam yang diterbitkan pada tahun 2000 oleh RajaGrafindo Persada, setebal 219 halaman. Dalam buku ini dikemukakan pemikiran pendidikan dari Ibn Miskawaih, al-Qabisi, al-Mawardi, Ibn Sina, al-Ghazali, Burhanuddin al-Zarnuji, Ibn Jama’ah, Ibn Taimiyah, Abdullah Ahmad, K.H.Ahmad Sanusi, Ikhwan al-Muslimin, dan K.H.Imam Zarkasyi.[48] Tentang adanya tokoh-tokoh pembaharuan pendidikan Islam seperti: K.H.Ahmad Dahlan, K.H.Hasyim Asy’ar, Syekh Ahmad Surkati, K.H.Abdul Halim dan K.H.Zamzam juga dibahas dalam buku Kapita Selekta Pendidikan Islam yang ditulis oleh Hasbullah, dan diterbitkan oleh RajaGrafindo Persada, Jakarta, tahun 1996.[49]

                Kajian ilmu pendidikan dengan pendekatan pembaharuan di Indonesia selanjutnya dijumpai dalam beberapa buku Azyumardi Azra, Guru Besar Sejarah Peradaban Islam, antara lain Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, setebal 286 halam yang diterbitkan Logos Wacana Ilmu, Ciputat-Jakarta Selatan, tahun 1999. Pada bukunya ini, Azyumardi membahas tentang Pendidikan Islam:Tradisi dan tantangan Milenium Baru, yang di dalamnya dibahas tentang pendidikan Islam dan kemauan sains, ilmu dan tradisi keilmuan dalam masyarakat Muslim, mengembangkan kajian Islam sebagai disiplin keilmuan universitas, modernisasi pendidikan Islam dan epistimologi Islm, pendidikan Islam dan pengembangan SDM dalam era globalisasi, misi profesi dan pendidikan Islam, sosialisasi politik dan pendidikan Islam serta kebangkitan sekolah elit Muslim. Dilanjutan dengan pembahasan tentang Pesantren dan Surau, yang di dalamnya dibahas tentang pola kajian kependidikan Islam di Indonesia, pesantren:kontinuitas dan perubahan, kitab kuning:tradisi dan epistimologi keilmuan Islam di Indonesia, surau:gambaran awal, dan pendidikan keagamaan:pembedayaan dan pesanserta masyarakat. Sedangkan pada kajian tentang IAIN da kajian Islam:Tradisi dan pembaharuan, dibahas tentang pembaruan IAIN dan pengembangan inteletual Muslim, Studi-studi agfama di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri, Kecenderungan kaian Islam di Indonesia:Kajian tentang Disertasi Doktor PPS IAIN Jakarta; riview orientasi kurikulum nasional IAIN 1995, sejarah dan kebudayaan Islam, studi Islam di Barat dan Timur Tengah, serta Studi Islam di Indonesia:Mesir dan Amerika.[50] Sebagian gagasan pembaharuan pendidikan Islam Azyumardi Azra, juga ada dalam bukunya Esei-esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam, setebal 186 halaman yang diterbitkan Logos Wacana Ilmu Jakarta, tahun 1999. Di dalam bukunya ini, Azyumardi secara eksplisit tidak mengemukakan istilah pembaharuan pendidikan Islam, namun dari segi substansinya, ketika membahas tentang intelektual Muslimm, peran dan fungsinya, dinamika keilmuan pesantren, upaya peningkatan pendidikan di IAIN, dan upaya memasyarakatkan Bahasa Arab, juga mengandung ide-ide pembaharuan pendidikan Islam.[51]

                Khusus tentang IAIN & Modernisasi Islam di Indonesia, ditulis oleh Fuad Jabali dan Jamhari. Buku setebal 200 halaman dan diterbitkan UIN Jakarta Press, pada tahun 2003 ini berbicara tentang  merintis tradisi baru:peran IAIN Jakarta dan IAIN Yogyakarta, IAIN, Kebijakan politik dan pembaharuan pendidikan, IIN dalam wacana dan gerakan Islam. Dengan buku ini terlihat peran IAIN dalam mendorong proses modernisasi sistem pendidikan Islam:Madrasah dan pesantren.[52] Dan khusus tentang pembaharuan Pesantren, antara lain dibicarakan oleh K.H.Abdullah Syukti Zarkasyi, dengan bukunya berjudul Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren yang diterbitkan RajaGrafindo Persada tahun 2005 setebal 2006 halaman. Di dalam buku ini dikemukakan ide-ide pembaharuan pendidikan pondok modern Darussalam Gontor, dan Gontor sebagai pesantren model.[53] Masih juga tentang pembaharuan pesantren, muncul buku Modernisasi Pesantren yang ditulis oleh Yasmadi, dan diterbitkan oleh Quantum Teaching pada tahun 2005. Buku setebal 175 halaman ini selain  berbicara tentang Pesantren menuju masyarakat madani:Pondok Modern Gontor sebagai model, keterpaduan dalam sistem pendidikan, landasan historis modernisasi pendidikan Islam, serta landasan filosofis pendidikan; juga bicara tentang kerangka dasar sebuah masyarakat madani, kritik Nurcholis Madjid terhadap Pendidikan Islam Tradisional:kondisi objek pesantren, tujuan pendidikan pesantren, penyempitan orientasi kurikulum, sistem nilai pesantren:Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, serta kesenjangan Intelektual dan Kultural.[54]

                Selanjutnya kajian tentang pembaharuan pendidikan tinggi Islam, dijumpai pada beberapa buku sebagai berikut. Pertama, dibahas oleh Azyumardi Azra, dalam bukunya Esei-esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam;[55] Fuad Jabali dan Jamhari dalam bukunya IAIN & Modernisasi Islam di Indonesia;[56] Kusmana, Eva Nugraha dan Eva Fitria melalui buku yang dieditnya, Paradigma Baru Pendidikan Islam:Rekaman Implementasi IAIN Indonesia Social Equity Project (IISEP), 2002-2007;[57]

                Kajian tentang pembaharuan pendidikan Islam juga dapat dilihat dalam karya Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam:Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam setebal 452 halaman yang diterbitkan tahun 2012 oleh RajaGrafindo Persada. Pada buku ini dibahas tentang pendidikan Islam di era globalisasi, pendidikan di persimpangan jalan, hubungan lulusan pendidikan Islam dan lapangan kerja, strategi peningkatan mutu pendidikan Islam, paradigma pembangunan sumber daya manusia, menjadikan tarbiyah Islamiyah sebagai model pendidikan  masa depan yang gemilang, madrasah sebagai pilihan utama, kurikulum pendidikan dasar Islam, pendidikan anak usia dini dalam perspektif Islam, hancurnya pilar-pilar pendidikan karakter, peningkatan profesionalisme guru, sekolah gratis, pendidikan Islam holistik dan komprehensif, tradisi pesantren dan tantangan zaman, perguruan tinggi sebagai pusat dan keunggulan peradaban Islam;[58] Amril Mansur dengan bukunya, Paradigma Baru Reformulasi Pendidikan Tinggi Islam, yang membahas tentang landasan filosofis teoritis, pengembangan institusi, serta pengembangan manajerial dan pengajaran.[59] Khusus mengenai pembaharuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dijumpai pembahasannya dalam buku dari Ciputat, Cairo hingga Columbia yang diedit Hamid Nasuhi dan diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun 2007. Buku ini khusus membahas orang-orang yang pernah menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berikut gagasan dan karya-karyanya. Mereka itu adalah:Mahmud Yunus, H.Soenardjo, Bustami A.Gani, Toha Yahya Omar, Harun Nasution, Ahmad Syadali, H.M.Quraish Shihab, Azyumardi Azra, dan Komaruddin Hidayat.[60] Buku yang disebut terakhir ini dapat diperkaya dengan buku Proses Perubahan IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Rekaman Media.[61]

                Deskripsi tersebut memperlihatkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, kajian Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan pembaharuan, atau pembaharuan pendidikan Islam tergolong bidang yang banyak diminati, walaupun tidak selamanya menggunakan kata pembaharuan, melainkan menggunakan kata yang berdekatan, seperti kosakata pengembangan, orientasi, dan sebagainya. Kedua, bahwa hampir semua aspek fundamental pendidikan, seperti kelembagaan, kurikulum, pendekatan dan model pembelajaran, tradisi ilimiah, dan sumber daya manusia, telah mendapatkan perhatian yang besar dari para penulis buku ilmu pendidikan Islam. Ketiga, pada umumnya peneliti berpendapat, bahwa pendidikan Islam dengan berbagai komponennya masih dalam keadaan tertinggal dibandingkan dengan pendidikan di negara-negara maju, dan karenanya mereka menyarankan agar dilakukan usaha pembaharuan yang lebih terencana, sistematik, dan berkesinambungan.

 

5.Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Sosiologis

                Sebagaimana dikemukakan Astrid S. Susanto, bahwa sosiologi adaah suatu ilmu yang sebagian materi penelitiannya melipti segala kejadian yang terdapat dalam kehidupan manusia.[62] Dengan demikian, sosiologi adalah ilmu yang objeknya sehala sesuatu yang tampak, menggejala dan menjadi realita dalam kehidupan sosial, seperti strutur dan stratifikasi sosial, corak dan sifat masyarakat, seperti masyarakat yang terbuka dan tertutup atau  yang berada di antara keduanya, pola komunikasi dan interaksi yang terjadi di dalamnya, nilai-nilai budaya dan tradisi yang berkembang di dalamnya, keadaan tingkat sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan dan peradaban yang terdapat di dalamnya, serta tingkat ketertiban dan keamanan yang terdapat di dalamnya.[63] Sosiologi pendidikan Islam adalah ilmu yang mempelajari masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan pendekatan ilmu sosiologi yang didasarkan pada ajaran Islam.[64]

                Dinamika Ilmu Pendidikan Islam di Indonesia tergolong masih langka. Beberapa buku yang dapat dilihat sebagai ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan sosiologi, antara lain Abuddin Nata, dengan bukunya Sosiologi Pendidikan Islam setebal 417 halaman, dan diterbitkan pertama kali pada tahun 2014. Buku ini membahas tentang pengertian, tujuan, ruang lingkup dan sejarah sosiologi pendidikan Islam, manusia sebagai makhluk sosial, masyarakat dan pendidikan dalam Islam, tinjauan sosilogis tentang tujuan, kurikulum, guru, masuknya pendidikan agama ke dalam kurikulum sekolah umum, pendidikan agama di sekolah, pendidikan dan perubahan sosial, kepemimpinan pondok pesantren, peran pendidikan dalam menghasilkan insan akademis berintegritas, pendidikan agama berbasis multikultural, pendidikan Islam dan tantangan globalisasi, memperbaiki lingkungan sosial sekolah, pengaruh situasi sosial politik, ekonomi dan budaya terahadap pertumbuhan dan pekembangan pendidikan Islam, pembentukan akhlak mulia berbasis budaya keagamaan Islam, serta pemanfaatan budaya lokal dalam pendidikan.[65]

Selanjutnya Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan sosiologi juga ada dalam salah satu bab buku Abuddin Nata, tentang Ilmu Pendidikan dengan Pendekatan Multidisipliner. Di dalam bab itu dibahas tentang konsep pendidikan yang berbasis sosiologi.[66] Buku yang agak dekat dengan kajian Ilmu Pendidikan dengan pendekan sosiologi, juga dapat dilihat buku Abuddin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya. Buku setebal340 halaman dan diterbitkan 2012 ini antara lain membahas para intelektual muslim dalam bidang ilmu agama, ilmu sosial, ilmu umum, dan kota-kota pusat gerakan intelektual dan peradaban Isam.[67]

                Berdasar informasi tersebut dapat diketahui, bahwa kajian ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan sosiologi masih terhitung amat jarang, tanpa diketahui sebab-sebabnya yang pasti. Namun dapat diduga, bahwa penguasaan para penulis buku pendidikan Islam dalam bidang sosiologi masih terbilang lemah.

                Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa Ilmu Pendidikan Islam adalah sebuah ilmu terapan yang menggunakan jasa hampir semua bidang ilmu pengetahuan. Namun keterbatan para intelektual muslim dalam berbagai ilmu bantu, serta keterbatasan atau keengganannya untuk menggunakannya sebagai pendekatan dalam memahami pendidikan, menyebabkan berbagai disiplin ilmu tersebut belum digunakan secara maksimal untuk memahami pendidikan Islam. Psikologi, Ilmu Politik, dan  Ilmu Hukum misalnya belum digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami ilmu pendidikan Islam. Itulah sebabnya belum ada buku yang berjudul Psikologi Pendidikan Islam, Politik Pendidikan Islam, Hukum Pendidikan Islam, dan sebagainya. Untuk itu ke depan perlu dipikirkan tentang pelunya menulis buku ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan psikologi, politik, hukum dan sebagainya.

6. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Aplikatif Praktis

                Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan aplikatif-praktis maksudnya adalah upaya penerapan berbagai teori atau konsep dalam sebuah disain pembelajaran, manajemen atau lainnya, yang kemudian diuji-cobakan dan dilihat hasilnya. Upaya ini dilakukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam kaitan ini tercatat nama Mahmud Yunus yang menyusun model dan pendekatan pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan pendekatan langsung dengan menggunakan berbagai kemampuan bahasa menjadi satu. Model pembelajaran  bahasa Arab ini dikenal dengan al-thariqah al-mubasyarah (direct methode) dengan all in one system (semua dalam satu sistem). Langkah-langkahnya antara lain: (1)mengajak peserta untuk membaca teks berbahasa Arab secara benar dan fasih; (2)Teks berbahasa Arab tersebut berkaitan dengan tema kehidupan sehari-hari:di rumah, di sekolah, di jalan raya, di toko buku, di lapangan, di stasiun kereta api; (3)memahami arti dari mufradat (kosakata) bahasa Arab, terutama yang sulit atau yang belum dijumpai pada bacaan sebelumnya; (4)peserta diajak memahami aspek struktur kalimat (nahu), perubahan kosakata (sharaf), implikasi dari makna sebuah redaksi kalimah (balaghah), keistimewaan kalimat (ilmu badi’i); (5)latihan-latihan berupa:melengkapi kalimat, menjelaskan kedudukan kalimat, memberi tanda baca. Model pembelajaran bahasa Arab yang diperkenalkan oleh Mahmud Yunus dalam tiga bukunya Durus al-Lughah al-Arabiyah di Sumatera Thawalib di sekitar tahun 50-an ini ternyata telah melahirkan orang yang ahli bahasa Arab seperti K.H.Imam Zarkasyi, salah seorang pendiri Pondok Modern Gontor Ponorogo. Bekal model pengajaran bahasa Arab inilah yang dikembangkan lebih lanjut oleh K.H.Imam Zarkasyi beserta dua orang Saudaranya, yaitu Zainuddin Fanani dan K.H.Ahmad Sahal. Model pengajaran bahasa Arab di Pondok Modern Gontor ini ternyata telah berhasil melahirkan cendekiawan Muslim Indonesia termuka yang pandai bahasa Arab dan Inggris, seperti Nurcholish Madjid (alm.), Hasyim Muzadi, Hidayat Nurwahid, Din Syamsuddin dan masih banyak lagi. Model pembelajaran bahasa Arab ini dikembangkan sebagai pembaharuan terhadap model pembelajaran bahasa Arab di pesantren yang terlalu gramatikal oriented, terpisah-pisah antara berbagai cabang ilmu bahasa Arab, kurang kaya dalam penguasaan kosakata bahasa Arab yang kontemporer, kurang terampil dalam mengaplikasikannya, serta tidak terukur batas waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.[68]

                Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan aplikatif-pragmatis selanjutnya dijumpai pada buku Metodologi Pengajaran Agama Islam oleh Zakiah Daradjat. Buku setebal 271 halaman yang diterbitkan Bumi Aksara Jakarta dan Kementerian Agama RI tahun 1996 ini, selain mengemukakan pandangan umum tentang metodologi, dasar filosofis dan dasar teoritis, tujuan pengajaran agama, juga tentang penguasaan metode media komunikasi, keterampilan menggunakan alat komunikasi, dan evaluasi atau penilaian.[69] Selain itu Zakiah Daradjat juga menulis buku Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah yang diterbitkan tahun 1993 oleh Ruhama, Jakarta. Buku setebal 105 halaman ini berbicara tentang beberapa prinsip penting dalam pendidikan:dimensi fisik, akal, iman, akhlak, kejiwaan, keindahan, sosial kemasyarakat, kebutuhan mental manusia:agama, kasih sayang, rasa aman, harga diri, rasa bebas, rasa sukses, dan kebutuhan pengenalan, pendidikan dalam keluarga,, dan pendidikan di sekolah:TK, SD, lanjutan:perkembangan fisik, emosi, kecerdasan, sosial, agama, dan tahap akhir masa remaja.[70]

                Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan aplikatif-pragmatis juga dapat dijumpai pada buku Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran yang ditulis Abuddin Nata. Buku setebal 382 halaman yang diterbitkan Kencana Prenada Media Group  pada tahun 2009 ini, selain berbicara tentang paradigma baru pendidikan, manusia sebagai makhluk belajar dan mengajar, struktur jiwa manusia, konsep pembelajaran, berbagai konsep dan teori pembelajaran, juga berbagai pendekatan dalam belajar mengajar, macam-macam metode pengajaran, komponen strategi pembelajaran, pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA), Quantum Teaching, Problem Base Learning, Interaktif Learning, pengembangan variasi belajar mengajar, sumber, media, dan alat pembelajaran, teknik mendapatkan umpan bali, dan pengelolaan kelas.[71]

                Penelitian Ilmu Pendidikan dengan pendekatan aplikatif-pragmatis dapat dilihat pula pada lahirnya buku teknik cepat membaca al-Qur’an dan membaca kitab kuning. Teknik membaca

 

C.Analisa dan Kesimpulan

                Melalui penulusuran berbagai buku yang membahas tentang pendidikan Islam sebagaimana dipaparkan di atas, dapat diketahui, bahwa dinamika pemikiran pendidikan Islam di Indonesia menunjukkan keadaan sebagai berikut.

                Pertama, dari segi waktunya, aktivitas pengkajian ilmu pendidikan Islam di Indonesia baru dimulai pada akhir abad ke-20, atau di sekitar tahun 1960-an. Keadan ini  tergolong lambat dibandingkan dengan aktivitas pengkajian terhadap berbagai ilmu-ilmu agama Islam lainnya. Para ulama di Indonesia, dan juga para ulama di berbagai  negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam pada umumnya lebih mencurahkan perhatiannya pada bidang ilmu tafsir, hadis, fikih, kalam, akhlak dan tasawuf. Keadaan ini cukup ironis, jika dibandingkan dengan ayat yang pertama kali diturunkan Tuhan (surat al-Alaq, 96:1-5) yang berbicara tentang pendidikan. Namun demikian, keadaan ini tidak menyurutkan atau menyebabkan umat Islam berhenti di dalam menyelenggarakan aktivitas pendidikan dengan berbagai jenis, macam, ragam dan tingkatannya. Kondisi ini telah menimbulkan berbagai perkiraan yang amat beragam. Pertama, ada yang menduga, bahwa praktek penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan umat Islam tidak berdasar pada ilmu pendidikan, atau dalam ungkapan lain: kegiatan pendidikan tanpa ilmu pendidikan. Kedua, ada pula yang menduga, bahwa teori dan konsep yang mendasari praktek pendidikan itu ada, namun tidak dituangkan dalam tulisan, melainkan ada pada gagasan dan pemikiran tokoh pendiri pendidikan yang bersangkutan. Itulah sebabnya, ketika tokoh pendiri pendidikan (kiai atau ulama) itu wafat, maka lembaga pendidikannya yang didirikannya berakhir, atau meredup. Ketiga, ada pula yang menduga, bahwa, praktek pendidikan Islam yang dilaksanakan meniru lembaga pendidikan Islam yang sudah ada. Keempat, bisa pula timbul dugaan, bahwa praktek pendidikan Islam yang berlangsung selama ini menggunakan konsep atau teori pendidikan yang berasal dari Barat atau lainnya, yang belum tentu sejalan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam tentang pendidikan.

                Kedua, bahwa kajian ilmu pendidikan Islam di Indonesia menggunakan pendekatan interdisipliner. Yakni sebuah pendekatan yang menggunakan bantuan ilmu-ilmu lainnya yang relevan sebagai kerangka analisis dan acuan utamanya, dengan tetap menyesuaikannya dengan nilai-nilai ajaran Islam yang berkaitan dengan berbagai ilmu bantu tersebut. Melalui bantuan tersebut, hasil kajian menunjukkan, bahwa ilmu pendidikan Islam yang berkembang di Indonesia ada yang bercorak normatif-deduktif-perenialis (Ilmu Pendidikan Islam); bercorak sejarah (Sejarah Pendidikan Islam), bercorak filsafat (Filsafat Pendidikan Islam), bercorak sosiologis (Sosiologi Pendidikan Islam), dan bercorak pembaharuan (Pembaharuan Pendidikan Islam). Sedangkan berbagai disiplin ilmu lainnya yang sesungguhnya dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memahami ilmu pendidikan Islam masih belum digunakan. Ilmu psikologi, hukum, politik, antropologi, manajemen misalnya dapat digunakan sebagai pendekatan dalam mengembangkan ilmu pendidikan Islam, namun belum digunakan. Jika berbagai disiplin yang terakhir ini digunakan, maka akan lahir Psikologi Pendidikan Islam, Hukum Pendididikan Islam, Politik Pendidikan Islam, Antropologi Pendidikan Islam, dan Manajemen Pendidikan Islam. Fenomena ini dapat diduga, karena penguasaan para ahli pendidikan Islam terhahadap berbagai disiplin ilmu tersebut masih terbatas, atau karena masih adanya pandangan dikhotomis tentang ilmu, spesialisasi keilmuan (linieritas) yang terlampau kaku, atau karena belum ada hal lain yang memicunya. Dari berbagai pendekatan ilmu tersebut, nampak, bahwa kajian ilmu pendidikan Islam dengan  berbagai pendekatan keilmuan (normatif-deduktif, perenialis, sejarah, filsafat, sosiologi dan pembaharuan) tersebut nampak cukup merata. Kekurangan masih nampak pada pendekatan yang bersifat aplikatif-pragmatis, mengingat pengembangan pada ilmu pendidikan yang bercorak aplikatif-pragmatis ini membutuhkan penelitian aplikatif, uji coba atau eksperimen yang memakan waktu dan biaya cukup besar.

                Ketiga, dilihat dari segi dampak atau pengaruhnya terhadap peningkatan, pengembangan dan kemajuan pendidikan Islam, keberadaan dinamika ilmu pendidikan Islam tersebut cukup signifikan. Dewasa ini sudah bermunculan lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang layak diberikan appresiasi dan penghargaan yang tinggi. Kesan atau image bahwa lembaga pendidikan Islam mulai dari tingkat  Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi Islam sebagai lembaga pendidikan yang tertinggal dalam segala aspeknya, sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Kehadiran Madrasah Aliyah Program Keagamaan (MAPK) yang dikembangkan oleh Munawir Sjadzali, dan menghasilkan lulusan yang mampu melanjutkan studi ke luar negeri,  Madrasah Model, Madrasah Aliyah Insan Cendekia, Serpong, Tangerang, Banten, yang lulusannya dapat diterima di berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri yang terkemuka, Madrasah Aliyah Malang, Jawa Timur, Madrasah Aliyah Pesantren Nurul Iman, Sidoarjo, Jawa Timur yang lulusannya dapat masuk fakultas-fakultas favoris di berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri, Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Madrasah pada Lembaga Pendidikan Bani Hasyim,[72] Jawa Timur, Ma’had al-Zaitun, di Haur Geulis, Indramayu, Jawa Barat, dan lainnya, diduga keras karena mereka sudah memiliki konsep yang jelas tentang pendidikan yang sesuai ajaran Islam, sebagaimana yang digagas dalam berbagai buku Ilmu Pendidikan sebagaimana tersebut di atas. Keberadaan lembaga pendidikan Islam saat ini tidak semuanya hanya bermodalkan “lillahi ta’ala”,without planing” (tanpa perencaan), “by accident” (hanya kebetulan), atau “by convention” (hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak tertulis), melainkan sudah berdasarkan perencanaan yang matang, sistematik dan mendalam (by sistematic and matur planning), berdasarkan konsep yang baik dan unggul (based on good and great conception) berdasarkan ajaran Islam. Visi, misi, tujuan, kurikulum, bahan ajar, proses belajar mengajar,  karakter tenaga pendidikan dan kependidikan, kode etik guru dan murid, sarana prasarana, lingkungan, pergaulan sehari-hari, budaya dan evaluasi pendidikan sudah diseuaikan dengan ajaran Islam. Sebuah buku berjudul Making Modern Muslims The Politics of Islamic Education in Southeas Asia yang diedit oleh Robert W. Hefner misalnya telah menginformasikan adanya peran lembaga pendidikan Islam yang mampu membawa ummat Islam lebih mampu menghadapi kehidupan modern.[73] Kemajuan pendidikan Islam juga nampak pada perubahan 11  IAIN menjadi UIN (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta; UIN Sunan Gunungjati, Bandung, Jawa Barat; UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, Jawa Timur, UIN Alauddin, Makasar, Sulawesi Selatan; UIN Sultah Syarif Qasim Pekanbaru, Riau, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, UIN Medan, Sumatera Utara, UIN Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur, UIN Raden Fatah, Palembang, dan UIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah), dan perubahan STAIN menjadi IAIN. Adanya perubahan ini bukan hanya sekedar nama saja, melainkan juga disertai oleh adanya perubahan pada aspek-aspek lainnya:Visi, misi, tujuan, kelembagaan, kurikulum, sarana prasarana dan sebagainya. Sebagai contoh, di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak berubah di tahun 2002 hingga saat ini (13 tahun) selain memiliki 6 fakultas agama, juga memiliki 6 fakultas umum. Yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, serta Fakultas Energi, Perminyakan dan Lingkungan Hidup. Kemajuan yang dicapai oleh UIN ini melampai kemajuan yang dicapai oleh perubahan IKIP (Institut  Keguruan dan Ilmu Pendidikan) menjadi Universitas yang terdapat di berbagai propinsi.

                Keempat,  rekaman dalam tulisan ini  diyakini belum menampung seluruh perkembangan ilmu pendidikan Islam yang ada di Indonesia. Sumber-sumber tulisan berupa artikel di Jurnal Ilmiah tentang pendidikan Islam yang terdapat di Fakultas Tarbiyah yang terdapat di STAIN, IAIN dan UIN misalnya belum direkam dalam tulisan ini. Namun, secara keseluruhan kajian ilmu pendidikan tersebut dapat dikategorikan ke dalam corak dan pendekatan sebagaimana tersebut di atas (normatif-deduktif-perenialis, historis, filosofis, sosiologis, pembaharuan, dan aplikatif-pragmatis). Namun hingga saat ini belum ada sebuah forum komunikasi antara para pakar pendidikan Islam yang mempertemukan para pakar pendidikan Islam untuk saling tukar menukar informasi tentang penelitian, kajian dan pengembangan ilmu pendidikan Islam, mengevaluasi serta merencanakan sebuah pengembangan ilmu pendidikan ke arah yang lebih berkembang.

 

               

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

 

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), cet. I.

 

Amiruddin, M. Hasbi, Perkembangan Pendidikan Islam di Turki, (Banda Aceh:Lembaga Studi Agama dan Masyarakat Aceh (LSAMA, 2013), cet. I.

 

Arifin,  H.M.,  Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1987), cet. I.

 

_________, Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991).

 

Aly,Hery Noer,  Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1996), cet. I.

 

Asrohah,  Hanun, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999), cet. I.

 

Azra,  Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millnium Baru, (Ciputat-Jakarta Selatan:Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. I.

 

________,   Esei-esei  Intelektual Muslim & Pendidikan Islam, (Ciputat-Jakarta Selatan:Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. I.

 

_________,Surau Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisis dan Modernisasi, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1423 H./2003 M), cet. I.

 

al-Baaz, Anwar,  al-Tafsir al-Tarbawiy lil al-Qur’an al-Karim, Jilid I, (Mesir: Dar al-Nasyr  li al-Jami’ah,   1428 H./2007 M.),  hal. 3

 

Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:Ruhama, 1994), cet. I.

 

_________, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi Aksara dan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1996), cet. I.

 

 

Daulay, Haidar Putra,  dan Hj.Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013), cet. I.

 

 Darwis,Djamaluddin,  Dinamika Pendidikan Islam, Sejarah, Ragam dan Kelembagaan, (Semarang:RaSAIL:Ranah Ilmu-ilmu Sosial Agama dan Interdisipliner, 2010), cet. II.

 

Djainuri, Achmad, (ed.),  Pendidikan dan Modernisasi di Dunia Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2001), cet. I

 

Fadjar, A.Malik,  Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta:Fajar Dunia, 1999), cet. I.

 

Feisal, Jusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta:Gema Insani Press, 1995), cet. I.

 

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1996), cet. I.

 

Haris, Abdul,  dan Kivah Aha Putra, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Amzah, 2012), cet. I.

 

Haryono, Ari Dwi, dan Qurroti A’yuni, Pendidikan Dasar Islam, Kajian Filosofis, Konsep dan Aplikasi, (Malang:Bani Hasyim, 2010), cet. I.

 

Robert W. Hefner, (ed.),  Making Modern Muslims The Politics of Islamic Education in Southeas Asia, (Honolulu:University of Hawai Press, 2009), hal. 55-106.

 

Jabali, Fu’ad,  dan Jamhari, IAIN& Modernisasi Islam di Indonesia, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003), cet.

I.

 

Jamaluddin, Dindin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung:Pustaka Setia, 20013), cet. I.

 

Kusmana, Eva Nugraha dan Eva Fitriati, (ed.),  Paradigma Baru Pendidikan Islam Rekaman Implementasi IAIN Indonesia Social Equity Project (IISEP), 2002-2007), (Jakarta:Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2008).

 

Mahmud, Abd al-Halim,  al-Tarbiyah al-Diniyah (al-Ghaibah), (Mesir:Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islamiyah, 1421 H./2000 M), cet. I.

 

__________,al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Surat al-Anfal, (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1417 H./1997 M.), cet. I;

 

__________, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Surat al-Ahzaab,  (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1416 H./1996 M.), cet. I;

 

__________, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Bait,  (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1425 H./2004 M.), cet. I;

 

_________, Kaifa Nu’allimu Auladana  al-Islam bith thariqah Shahihah,  (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1428 H./2007 M.), cet. I;

 

Maksum, Madrasah Sejarah & Perkembangannya, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999), cet.I.

 

Mansur, Amril, Paradigma Baru Reformulasi Pendidikan Tinggi Islam, (Jambi:Silthan Taha Press dan Universitas Indonesia (UI Press, 2004), cet. I.

 

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,  (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006), cet. I.

 

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung:Nuansa, 2010), cet. I.

 

Muhaimin,  Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi,, (Jakarta:RajaGrafindo Persada,2009), cet. I.

 

Muhaimin,  Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta:Rajawali Pers,2006), cet. I.

 

Muliawan, Jasa Ungguh, Pendidikan Islam Integratif Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), cet. I.

 

Mulkam, Abdul Munir, Nalar Spiritual Pendidikan Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002), cet. I.

 

Mulyati, Pengembangan Kinerja Guru PAI dalam Proses Pendidikan, (Jakarta:Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).

 

Munawwarah , Djunaidatul, dan Tanenji, Filsafat Pendidikan Perspektif Islam dan Umum, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003), cet. I.

 

Nata,  Abuddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam:Isu-isu Kontemporer  tentang Pendidikan Islam,  (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

 

_________,  Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

 

_________, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

 

_________, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2005), cet. I.

 

__________, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2012).

 

__________,  Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

 

_________,Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam,  (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2000), cet. I.

 

_________,  Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia,  (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2005), cet. I.

 

_________,  Inovasi Pendidikan Islam  (Jakarta:Perpustakaan Nasional, 2013), cet. I.

 

_________, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2009), cet. I.

 

Nizar, Samsul,Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam Potret Timur Tengah Era Awal dan Indonesia, (Ciputat:Quantum Teaching, 1426 H./2005 M), cet. I.

 

Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), cet. I.

 

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat:Ciputat Press, 2005), cet. II.

 

Sofiuddin, Implementasi Prinsip-prinsip Andragogi Qur’ani dalam Training Pendidikan Karakter The ESQ Way 165, (Jakarta:Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).

 

Suwito dan Fauzan (ed.), Perkembangan Pendidikan di Nusantara Studi Perkembangan Sejarah dari Abad 13 hingga 20 M, (Bandung:Angkasa, 2004), cet. I.

 

Tafsir, Ahmad,  Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1992), cet. II.

 

Truna, Dody S., dan Ismatu Ropi, Pranata Islam di Indonesia, Pergulatan Sosial, Politik, Hukum dan Pendidikan, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2007), cet. I.

 

Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Ciputat: Qantum Teaching, 2005), cet. I.

 

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:Mutiara Sumber Widya, 1962), cet. I.

 

Zarkasyi, K.H. Abdullah Syukri, Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2005), cet. I.

 

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1992), cet. II.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.Latar Belakang Pemikiran

            Ayat yang pertama kali diturunkan Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril di Gua Hira adalah lima ayat surat al-‘Alaq (96) ayat 1-5, yang artinya: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Ia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan manusia dengan pena. Mengajarkan manusia tentang segala sesuatu yang belum diketahui. Para ulama ahli tafsir umumnya berpendapat bahwa lima ayat surat al-Alaq yang pertama kali diturunkan itu adalah bertemakan pendidikan. Alasannya adalah karena unsur-unsur atau komponen-komponen utama tentang pendidikan, seperti ideologi pendidikan yang humanisme teo-centris, metodologi pendidikan dengan cara membaca dan menulis, teknologi dan media pendidikan yang dalam hal ini qalam, peserta didik yang dalam hal ini manusia (al-insan), dan kurikulum pendidikan yang dalam hal ini segala sesuatu yang belum diketahui manusia, serta unsur gurunya yang dalam hal ini Tuhan, terdapat di dalam lima ayat tersebut.

            Dengan spirit ayat tersebut, ummat Islam dari sejak Nabi Muhammad SAW telah memulai kegiatan pendidikan di samping dakwah Islamiyah. Sejalan dengan pelaksanaan pendidikan tersebut, ummat Islam telah mengembangkan berbagai aspek dan komponen pendidikan. Dari segi kelembagaan, sejarah mencatat adanya lembaga pendidikan seperti Darul Arqam di Mekkah, Masjid, Suffah. Pada masa Khulafaur Rasyidin dan seterusnya muncul pula lembaga pendidikan Zawiyah, Ribath, al-Badiah, Baitul Hikmah, al-Qushr (Istana), Madrasah, Manazil al-Ulama (Rumah Guru), al-Bimaristan, dan sebagainya. Melalui lembaga-lembaga pendidikan tersebut dapat dihasilkan para lulusan yang selanjutnya berkembang menjadi guru, qadhi, pegawai pemerintah, da’i, khatib, tokoh agama, ulama, penulis, pengelola lembaga pendidikan, dan lain sebagainya. Hasil pengalaman mereka dalam berbagai tugas, telah tumbuh pula karya-karya ilmiah, berupa buku-buku atau kitab-kitab yang berbicara dalam berbagai bidang ilmu agama, seperti Tafsir, Hadis, Fiqh, Kalam, Akhlak, Sejarah dan Kebudayaan Islam, dan lain sebagainya. Hasil karya-karya mereka hingga saat ini, masih dapat dijumpai di berbagai Perpustkaan di dunia Islam dan negar lainnya.

            Aktifitas pendidikan Islam dengan berbagai lembaga dan para guru serta aspek lainnya, juga terjadi di Indonesia. Lahirnya lembaga pendidikan yang dinilai sebagai yang bersifat indiginius-Islam seperti Pondok Pesantren dan Madrasah di Pula Jawa, Surau, dan Madradah ddi Sumatera Barat; Dayah, Meunasah, dan Rangkang, di Aceh. Berbagai lembaga pendidikan yang lahir pada awal abad ke-17 M., ini masih terus tumbuh dan berkembang hingga saat ini.

            Masalahnya adalah sungguhpun ummat Islam telah menaruh perhatian yang besar terhadap praktek pendidikan dengan berbagai aspeknya, sebagaimana tersebut di atas, namun perhatian terhadap kajian dan penelitian ilmu pendidikan masih amat kurang, atau bahkan sangat langka. Perhatian para  ulama di zaman klasik dan pertengahan umumnya banyak memberikan perhatian pada kajian bidang al-Qur’an, hadis, kalam, fikih, akhlak, dan tasawuf dengan berbagai cabangnya, serta sejarah kebudayaan Islam. Pemikiran para ulama yang berkaitan dengan ilmu pendidikan Islam baru dibahas secara sepintas, ketika mereka membahas tentang ayat-ayat al-Qur’an dan hadis, namun sifatnya amat dogmatis, normatif, dan deduktif, tanpa ada kajian sosiologis, historis, filosofis, psikologis dan berbagai pendekatan lainnya. Misalnya akhlak dan etika yang wajib dilaksanakan oleh guru dan murid syarat-syarat yang harus ditempuh dalam menuntut ilmu. Diketahui, bahwa pada abad ke-13 terdapat buku Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum (Petunjuk bagi Pelajar:Langkah-langkah dalam Menuntut Ilmu). Namun buku ini tidak berbasis pada teori yang kokoh dari berbagai disiplin ilmu, melainkan hanya bersifat normatif, dogmatis, deduktif dan sufistik yang menempatkan murid dalam keadaan pasif, atau menjadi anak yang salih tapi tidak berdaya dalam melakukan berbagai aktivitas di masyarakat.

            Jika aktivitas pendidikan Islam dalam sejarah sebagaimana tersebut di atas, dihubungkan dengan  kenyataan tentang tidak adanya buku Ilmu Pendidikan Islam yang ditulis oleh para ulama, maka menimbulkan sejumlah permasalahan yang harus dibuktikan lebih lanjut. Pertama, bahwa praktik pendidikan Islam yang berlangsung sekian lama dalam sejarah ternyata tidak berdasarkan ilmu pendidikan, atau praktek pendidikan tanpa ilmu pendidikan. Kedua, bahwa teori-teori yang mendasari praktek pendidikan Islam itu sesungguhnya ada pada masing-masing penyelenggara pendidikan, namun belum dituliskan. Ketiga, bahwa praktik pendidikan Islam yang berlangsung selama ini dilakukan dengan cara saling meniru (semacam banch marking) antara satu lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan lainnya.

            Perhatian terhadap Ilmu Pendidikan Islam baru muncul secara signifikan dan intensif pada akhir abad ke-20 atau pada awal abad ke-21. Yaitu ketika pendidikan Islam ditantang agar mampu menghasilkan lulusan yang bukan yang unggul dalam bidang moralitas dan religiusitas kegamaan, akhlak dan budi mulia, melainkan juga unggul dalam wawasan dan keterampilan yang dibutuhkan dunia modern dan era globalisasi. Yaitu era yang ditandai oleh adanya persaingan yang ketat, kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, mampu membangun kolaborasi dengan berbagai lembaga pendidikan dan lainnya, penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki budaya yang unggul yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan budaya Indonesia yang toleran, inklusif, pluralis, gotong royong dan sebagainya. Pendidikan Islam mulai menyadari, bahwa tanpa kesediaan meningkatkan mutu pendidikan dan menghasilkan lulusan yang unggul, maka pendidikan Islam akan ditinggalkan masyarakat, atau kalah bersaing dengan pendidikan lainnya. Sejarah mencatat, bahwa lembaga pendidikan Islam yang dahulu unggul dan dibanggakan, namun di masa sekarang, lembaga pendidikan Islam tersebut sudah tidak dingat lagi atau ditinggalkan oleh masyarakat.

            Dalam upaya menjawab tantangan modern dan era globalisasi sebagaimana tersebut di atas, maka Pendidikan Islam yang selama ini dilaksanakan tidak lagi hanya berdasarkan lillahi ta’ala, by accident, by conventional, atau by tradition, melainkan sudah berdasarkan Ilmu Pendidikan Islam yang dihasilkan melalui kajian yang mendalam dengan menggunakan berbagai pendekatan keilmuan. Dengan demikian, saat ini sudah ada lembaga pendidikan Islam yang dikelola dengan dua pendekatan. Pertama, lembaga pendidikan Islam yang dikelola tanpa ilmu pendidikan, dan kedua, lembaga pendidikan yang dikelola dengan dasar ilmu pendidikan. Beberapa lembaga pendidikan tradisional yang dikelola tanpa ilmu pendidikan biasanya berjalan apa adanya, tanpa terukur prestasi pencapaiannya; dan ada pula lembaga pendidikan Islam yang dikelola dengan Ilmu pendidikan Islam, konsep dan perencanaan yang canggih. Lembaga pendidikan  model kedua ini, walaupun baru dibuka atau baru berjalan beberapa tahun sudah langsung melambung namanya dan diminati masyarakat. Lembaga-lembaga  pendidikan model yang kedua ini, seperti Madrasah Aliyah Insan Cendekia, Serpong, Tangerang Selatan, Banten; SMU Madania, di Jampang, Parung, Bogor, Jawa Barat; dan SMU al-Izhar, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

            Kurang berkembang-nya Ilmu Pendidikan Islam sebagai sebuah Ilmu juga karena sampai dengan tahun 80-an, Ilmu Pendidikan Islam dan juga Dakwah Islam masih belum diakui sebagai sebuah disiplin ilmu agama Islam sebagaimana ilmu agama Islam lainnya. Pendidikan dan Dakwah Islam dianggap sebagai sebuah kegiatan biasa. Setiap orang yang memiliki ilmu pengetahuan diwajibkan mendidikannya dan mengajarkannya kepada masyarakat. Namun mulai tahun 1986, Ilmu Pendidikan Islam dianggap sebagai salah satu dari rumpun ilmu agama Islam. Hal ini diadasarkan pada Surat Keputusan Bersama antara Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.[74]

            Semenjak adanya kebutuhan lembaga Pendidikan Islam terhadap Ilmu Pendidikan Islam, dan adanya Surat Keputusan Bersama tersebut, maka pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Pendidikan Islam, atau penelitian dan kajian terhadap Ilmu Pendidikan Islam mulai bermunculan. Kini sudah dengan mudah dapat dijumpai  berbagai tulisan baik berupa buku, artikel, makalah, dan lainnnya tentang Ilmu Pendidikan Islam yang ditulis oleh para pakar dan peneliti pendidikan Islam. Perkembangan  Ilmu Pendidikan Islam ini menjadi bahan kajian yang menarik untuk diteli.

 

B.Tujuan

            Secara umum penelitian ini bertujuan untuk ikut mengembangkan khazanah intelektual Islam yang pada gilirannya dapat ikut serta mengembangkan wawasan masyarakat tentang pendidikan. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui secara utuh dan komprehensif tentang pertumbuhan dan perkembangan kajian Ilmu Pendidikan Islam di Indonesia.

2. Menyediakan bahan informasi yang utuh dan komprehensif kepada para pemerhati, peneliti, dosen, mahasiswa dan lainnya yang tengah mendalami Ilmu Pendidikan Islam;

3. Menyediakan bahan rujukan bagi para penyelenggara pendidikan Islam yang ingin meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan Islam secara akademik.

 

C.Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

     1.Identifikasi Masalah       

Dewasa ini sudah banyak tulisan baik berupa buku, artikel, makalah seminar, tulisan di internet, dan lainnya yang membahas tentang Ilmu Pendidikan Islam. Tulisan-tulisan tersebut telah beredar luas di masyarakat, terutama di lingkungan fakultas ilmu keguruan pada berbagai Perguruan Tinggi Islam. Namun demikian terdapat sejumlah pertanyaan tentang: (1)Bagaimana corak Ilmu Pendidikan Islam yang terdapat dalam berbagai tulisan tersebut? (2)Sejak kapan tulisan-tulisan tentang Ilmu Pendidikan Islam tersebut muncul? (3)Dalam bentuk apa saja tulisan-tulisan tentang Ilmu Pendidikan Islam tersebut dibuat? (4)Bagaimana bobot ilmiah buku-buku Ilmu Pendidikan Islam tersebut?

 

2. Pemabatasan Masalah

            Karena demikian agak luas masalah yang terkait dengan tulisan tentang Ilmu Pendidikan Islam tersebut, maka masalah penelitian ini dibatasi hanya pada penelitian terhadap tulisan Ilmu Pendidikan Islam dalam bentuk buku. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut. (1)Tulisan dalam bentuk buku lebih banyak dikenal dan dibaca oleh masyarakat dibandingkan dengan tulisan lainnya, karena penyebaran buku kepada masyarakat didukung oleh jaringan pemasaran yang dilakukan oleh para penerbit; (2)Tulisan dalam bentuk buku lebih bertahan lama penggunaanya dibandingkan dengan tulisan dalam bentuk lainnya; dan (3)Tulisan dalam bentuk buku lebih mudah didapati oleh masyarakat dibandingkan dengan tulisan dalam bentuk lainnya, karena tulisan dalam bentuk buku ini selain terdapat di toko-toko buku , juga terdapat di masyarakat.

 

3. Rumusan Masalah

            Masalah pokok penelitian (Main Research Question) ini adalah: Bagaimana corak pemikiran Ilmu Pendidikan Islam yang terdapat dalam bentuk buku? Masalah ini dapat diperinci lebih lanjut: (1)Sejak kapan buku-buku ilmu pendidikan Islam di Indonesia mulai terbit; (2)Siapa saja penulis buku Ilmu Pendidikan Islam tersebut; (3)Apa pendekatan yang digunakan dalam penulisan buku ilmu pendidikan Islam tersebut.

 

D. Kajian terhadap Penelitian Terdahulu yang Relevan

            Selama ini sudah terdapat sejumlah kajian yang dilakukan para peneliti terhadap ilmu Pendidikan Islam, sebagai berikut.

            Prof.Dr.Azyumardi Azra,MA, dalam bukunya Essei-essei Pendidikan Islam yang diterbitkan Logos Wacana Ilmu Tahun 1989 misalnya memuat artikel yang berjudul tentang kajian pendidikan Islam yang dilakukan mahasiswa Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam artikelnya itu dikemukakan tentang bidang-bidang keilmuan pendidikan Islam yang telah dikaji, misalnya bidang filsafat dan pemikiran pendidikan Islam.

            Prof.Dr.H.A.Muhaimin dalam bukunya Arah Baru Pendidikan Islam memuat artikela tentang pertumbuhan dan perkembangan filsafat pendidikan Islam di Indonesia. Dalam tulisannya itu dikemukakan

            Dr.Arief Subhan, MA dalam disertasinya mengemukakan tentang buku-buku keislaman yang ditulis oleh alumni Perguruan Tinggi Islam, termasuk di dalamnya tentang Ilmu Pendidikan Islam.

            Berdasarkan kajian ini, nampak terlihat bahwa penelitian terhadap Ilmu Pendidikan Islam sudah dilakukan, namun dalam bentuk yang amat terbatas yakni dalam bentuk artikel. Sedangkan penelitian terhadap seluruh buku yang membahas tentang ilmu pendidikan Islam secara utuh dan komprehensif belum dilakukan, dan belum pula dianalisis secara komprehensif.

E.Metodologi Penelitian

            Objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.Objek Penelitian

            Objek penelitian ini dapat digambarkan dalam matrik sebagai berikut:

 

No.

Pokok Bahasan

Uraian

Keterangan

1.

Corak dan Pendekatan yang Digunakan dalam Penulisan Ilmu Pendidikan Islam

1.Corak dan Pendekatan Normatif-Deduktif Pendidikan Islam;

2.Corak dan Pendekatan Historis Pendidikan Islam;

3.Corak dan Pendekatan Filosofis Pendidikan Islam;

4.Corak dan Pendekatan Psikologis Pendidikan Islam.

5.Corak dan Pendekatan Aplikatif-Praktis Pendidikan Islam.

6.Perbandingan antara berbagai corak dan Pendekatan Ilmu Pendidikan Islam.

 

2.

Tahun dan Tempat Penerbitan

1.Mulai Tahun penerbitan

2.Tempat Penerbitan

3.Distribusi penerbitan sesuai dengan waktu;

 

3.

Para Penulis

1.Latar belakang keahlian penulis;

2.Latar belakang gelar akademik penulis;

3.Asal Perguruan Tinggi Penulis;

4.Popularitas Penulis

 

4.

Berbagai Macam Pengaruh Buku Ilmu Pendidikan Islam

1.Pengaruh terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Program Studi Ilmu Pendidikan Islam;

2.Pengaruh terhadap Karya Tulis dosen dan mahasiswa;

3.Pengaruh terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Islam.

 

 

2.Sumber dan Tekni Pengumpulan Data

            Karena sifat penelitian ini adalah murni kepustakaan (Libarary Research), maka sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku Ilmu Pendidikan Islam yang beredar di kalangan Perguruan Tinggi khususnya, dan di masyarakat pada umumnya. Buku-buku tersebut akan dilacak pada Perpustakaan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, buku-buku yang beredar di Toko-tokoh buku yang waktunya dibatasi mulai yang terbit tahun 50-an sampai dengan tahun 20015. Informasi yang terdapat dalam buku-buku tersebut akan dilengkapi dengan hasil wawancara dengan para pendidikan Islam di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mereka itu adalah: (1)Prof.Dr.Armai Arief, MA. (Guru Besar Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Islam FITK); (2)Prof. Dr.Suwito, MA. (Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam FITK); (3)Dr.Nurlena Rifa’i (Doktor Ilmu Pendidikan Islam; (4)Dr.Muhammad Zuhdi (Doktor Ilmu Pendidikan Islam); dan (5)Dr.Didin Syafruddin (Doktor Ilmu Pendidikan Islam). Selain itu penelitian ini akan dilengkapi dengan data sekunder, yaitu berupa tulisan para pakar tentang pendidikan Islam.

 

3.Teknik Analisa Data Pendekatan

            Teknik analisa data yang digunakan bersifat deskriptif analitis yang langkah-langkahnya sebagai berikut: (1)mengintarisir data-data baik dari sumber primer maupun sekunder; (2)memilah-milah data sesuai dengan objek penelitian; (3)mereduksi data yang tidak relevan; (4)menyusun kerangka membahasan yang sistematik dan memiliki hubungan fungsional; (5)menarasikan data-data ke dalam bab-bab, sub-sub bab, paragraf dan kalimat sesuai kaidah penulisan dan bahasa Indonesia yang baik dan benar; (6)menghubungkan subtansi pembahasan yang terdapat setiap bab; dan (7)menyusunnya secara sistematik, utuh dan komprehensif.

            Data-data yang telah dideskripsikan dan dideskripsikan tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan pendekatan sejarah sosial intelektual pendidikan Islam. Yaitu sebuah pendekatan yang melihat gagasan dan pemikiran pendidikan sebagai sebuah bangunan yang memiliki keterkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti faktor sosial, politik, lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pekerjaan dan lain sebagainya.

 

 

G.Sistematika Pembahasan

            Sistematika pembahasan hasil penelitian ini akan disajikan dalam lima bab yang antara satu dan lainnya saling berhubungan sebagai berikut.

 Bab. I. Pendahuluan. Pada bab ini akan dikemukakan latar belakang pemikiran, tujuan, kajian terhadap penelitian terdahulu, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II. Kajian Teoritis tentang Ilmu Pendidikan Islam. Pada bagian ini akan dikemukakan definisi dari segi bahasa dan istilah tentang pendidikan Islam, berbagai corak dan pendekatan Ilmu Pendidikan Islam, serta manfaat Ilmu Pendidikan Islam.

Bab III. Penulisan buku Ilmu Pendidikan Islam di Indonesia

Bab IV. Analisa dan Kajian

Bab V. Penutup

 

H. Daftar Pustaka

1.Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), cet. I.

 

2.Amiruddin, M. Hasbi, Perkembangan Pendidikan Islam di Turki, (Banda Aceh:Lembaga Studi Agama dan Masyarakat Aceh (LSAMA, 2013), cet. I.

 

3.Arifin,  H.M.,  Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1987), cet. I.

 

4._________, Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991).

 

5.Aly,Hery Noer,  Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1996), cet. I.

 

6.Asrohah,  Hanun, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999), cet. I.

 

7.Azra,  Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millnium Baru, (Ciputat-Jakarta Selatan:Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. I.

 

8.________,   Esei-esei  Intelektual Muslim & Pendidikan Islam, (Ciputat-Jakarta Selatan:Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. I.

 

9.________,Surau Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisis dan Modernisasi, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1423 H./2003 M), cet. I.

 

10.al-Baaz, Anwar,  al-Tafsir al-Tarbawiy lil al-Qur’an al-Karim, Jilid I, (Mesir: Dar al-Nasyr  li al-Jami’ah,   1428 H./2007 M.),  hal. 3

 

11.Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:Ruhama, 1994), cet. I.

 

12.______, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi Aksara dan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1996), cet. I.

 

 

13.Daulay, Haidar Putra,  dan Hj.Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013), cet. I.

 

 14.Darwis,Djamaluddin,  Dinamika Pendidikan Islam, Sejarah, Ragam dan Kelembagaan, (Semarang:RaSAIL:Ranah Ilmu-ilmu Sosial Agama dan Interdisipliner, 2010), cet. II.

 

15.Djainuri, Achmad, (ed.),  Pendidikan dan Modernisasi di Dunia Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2001), cet. I

 

16.Fadjar, A.Malik,  Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta:Fajar Dunia, 1999), cet. I.

 

17.Feisal, Jusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta:Gema Insani Press, 1995), cet. I.

 

18.Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1996), cet. I.

 

19.Haris, Abdul,  dan Kivah Aha Putra, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Amzah, 2012), cet. I.

 

20.Haryono, Ari Dwi, dan Qurroti A’yuni, Pendidikan Dasar Islam, Kajian Filosofis, Konsep dan Aplikasi, (Malang:Bani Hasyim, 2010), cet. I.

 

21.Robert W. Hefner, (ed.),  Making Modern Muslims The Politics of Islamic Education in Southeas Asia, (Honolulu:University of Hawai Press, 2009), hal. 55-106.

 

22.Jabali, Fu’ad,  dan Jamhari, IAIN& Modernisasi Islam di Indonesia, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003), cet.

I.

 

23.Jamaluddin, Dindin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung:Pustaka Setia, 20013), cet. I.

 

24.Kusmana, Eva Nugraha dan Eva Fitriati, (ed.),  Paradigma Baru Pendidikan Islam Rekaman Implementasi IAIN Indonesia Social Equity Project (IISEP), 2002-2007), (Jakarta:Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2008).

 

Mahmud, Abd al-Halim,  al-Tarbiyah al-Diniyah (al-Ghaibah), (Mesir:Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islamiyah, 1421 H./2000 M), cet. I.

 

25.__________,al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Surat al-Anfal, (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1417 H./1997 M.), cet. I;

 

26.__________, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Surat al-Ahzaab,  (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1416 H./1996 M.), cet. I;

 

27.__________, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Bait,  (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1425 H./2004 M.), cet. I;

 

28._________, Kaifa Nu’allimu Auladana  al-Islam bith thariqah Shahihah,  (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1428 H./2007 M.), cet. I;

 

29.Maksum, Madrasah Sejarah & Perkembangannya, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999), cet.I.

 

30.Mansur, Amril, Paradigma Baru Reformulasi Pendidikan Tinggi Islam, (Jambi:Silthan Taha Press dan Universitas Indonesia (UI Press, 2004), cet. I.

 

31.Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,  (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006), cet. I.

 

32.Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung:Nuansa, 2010), cet. I.

 

33.Muhaimin,  Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi,, (Jakarta:RajaGrafindo Persada,2009), cet. I.

 

34.Muhaimin,  Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta:Rajawali Pers,2006), cet. I.

 

35.Muliawan, Jasa Ungguh, Pendidikan Islam Integratif Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), cet. I.

 

36.Mulkam, Abdul Munir, Nalar Spiritual Pendidikan Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002), cet. I.

 

37.ulyati, Pengembangan Kinerja Guru PAI dalam Proses Pendidikan, (Jakarta:Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).

 

38.Munawwarah , Djunaidatul, dan Tanenji, Filsafat Pendidikan Perspektif Islam dan Umum, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003), cet. I.

 

39.Nata,  Abuddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam:Isu-isu Kontemporer  tentang Pendidikan Islam,  (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

 

40._________,  Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

 

41._________, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

 

42._________, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2005), cet. I.

 

43._______, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2012).

 

44._________,  Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

 

45._______,Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam,  (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2000), cet. I.

 

46._______,  Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia,  (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2005), cet. I.

 

47._______,  Inovasi Pendidikan Islam  (Jakarta:Perpustakaan Nasional, 2013), cet. I.

 

48._______, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2009), cet. I.

 

49.Nizar, Samsul,Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam Potret Timur Tengah Era Awal dan Indonesia, (Ciputat:Quantum Teaching, 1426 H./2005 M), cet. I.

 

50.Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), cet. I.

 

51.Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat:Ciputat Press, 2005), cet. II.

 

52.Sofiuddin, Implementasi Prinsip-prinsip Andragogi Qur’ani dalam Training Pendidikan Karakter The ESQ Way 165, (Jakarta:Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).

 

53.Suwito dan Fauzan (ed.), Perkembangan Pendidikan di Nusantara Studi Perkembangan Sejarah dari Abad 13 hingga 20 M, (Bandung:Angkasa, 2004), cet. I.

 

54.Tafsir, Ahmad,  Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1992), cet. II.

 

55.Truna, Dody S., dan Ismatu Ropi, Pranata Islam di Indonesia, Pergulatan Sosial, Politik, Hukum dan Pendidikan, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2007), cet. I.

 

56.Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Ciputat: Qantum Teaching, 2005), cet. I.

 

57.Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:Mutiara Sumber Widya, 1962), cet. I.

 

58.Zarkasyi, K.H. Abdullah Syukri, Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2005), cet. I.

 

59.Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1992), cet. II.

H.Waktu Peneitian

            Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini selama 5 (lima) bulan, sejak Maret dengan Juli 2015 dengan perincian kegiatan sebagai berikut.

No.

Kegiatan

Waktu

Keterangan

1.

Penyusunan Proposal

10  sd 30 April 2015

 

2.

Editing dan Penyempurnaan Proposal

1 sd 3 April 2015

 

3.

Pengajuan Proposal kepada Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan

7 sd 10 April

 

4.

Pengumpulan bahan bacaan yang relevan.

11 sd 30 April 2015

 

5.

Presentasi Disain Operasional Penelitian

4 sd 6 Mei 2015

 

6.

Pengurusan Administrasi Penelitian

11 sd 12 Mei 2015

SK. Peneliti, Surat Keterangan/Izin Meneliti, Surat Pengantar, pengurusan dana dan sebagainya.

7.

Persiapan Penelitian

13 sd 15 Mei 2015

 

8.

Pelaksanaan Penelitian

15 Mei sd 30  Juli 2015

 

9.

Penyampaian Laporan Penelitian

1 Agustus sd 10 Agustus 2015

 



[1] Berdasarkan Surat Keputusan Bersama antara Kementerian Agama RI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesa (LIPI), bahwa disiplin Ilmu Agama Islam terdiri dari (1)Qur’an Hadis; (2)Fikih; (3)Kalam; (4)Filsafat; (5)Akhlak Tasawuf; (6)Sejarah Kebudayaan Islam; (7)Pemikiran Islam; (8)Ilmu Pendidikan Islam, dan (9)Ilmu Dakwah Islam.

[2] Lihat H.M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung:Mizan, 1999), cet. III, hal. 89.

[3] Lihat Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Mutidisiliner, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010), cet. II.

[4] Lihat Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Mutidisiliner, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010), cet. II., hal. 37.

[5] Lihat H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991).

[6] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1992), cet. II.

[7] Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1996), cet. I.

[8] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2012).

[9] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir al-Ayat al-Tarbawiy,) (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2014), cet. VI.

[10] Lihat Anwar al-Baaz, al-Tafsir al-Tarbawiy lil al-Qur’an al-Karim, Jilid I, (Mesir: Dar al-Nasyr  li al-Jami’ah,   1428 H./2007 M.),  hal. 3

[11] Ali Abd al-Halim Mahmud, al-Tarbiyah al-Diniyah (al-Ghaibah), (Mesir:Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islamiyah, 1421 H./2000 M), cet. I.

[12] Abdul Halim Mahmud, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Bait, (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1426 H./2005 M.), cet. I; al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Surat al-Anfal, (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1417 H./1997 M.), cet. I; Abdul Halim Mahmud, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Surat al-Ahzaab,  (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1416 H./1996 M.), cet. I; Abdul Halim Mahmud, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Bait,  (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1425 H./2004 M.), cet. I; Abdul Halim Mahmud, Kaifa Nu’allimu Auladana al-Islam bith thariqah Shahihah,  (Mesir: Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islam, 1428 H./2007 M.), cet. I;

[13] Lihat Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Mutidisiliner, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010), cet. II., hal. 84.

 

[14] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:Mutiara Sumber Widya, 1962), cet. I.

[15] Lihat Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara dan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1992), cet. II.

[16] Maksum, Madrasah Sejarah & Perkembangannya, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999), cet.I.

[17] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

[18] Azyumardi Azra,  Surau Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisis dan Modernisasi, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1423 H./2003 M), cet. I.

[19] Samsl Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam Potret Timur Tengah Era Awal dan Indonesia, (Ciputat:Quantum Teaching, 1426 H./2005 M), cet. I.

[20] Lihat Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999), cet. I.

[21] Suwito dan Fauzan, (ed.), Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara Studi Perkembangan Sejarah dari Abad 13 hingga 20 M. (Bandung:Ankasa, dan Jakarta:UIN Jakarta Press, 2004), cet. I.

[22] Suwito dan Fauzan, Sejarah Pemikiran para Tokoh Pendidikan, (Bandung:Angkasa,  2003), cet. I.

[23] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidik Era Rasulullah sampai Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007), cet. I.

[24] M.Hasbi Amiruddin, Perkembangan Pendidikan Islam di Turki, (Banda Aceh:Lembaga Studi Agama dan Masyarakat Aceh (LSAMA, 2013), cet. I.

[25] Haidar Putra Daulay dan Hj.Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013), cet. I.

[26] Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), cet. I.

[27] Djamaluddin Darwis, Dinamika Pendidikan Islam, Sejarah, Ragam dan Kelembagaan, (Semarang:RaSAIL:Ranah Ilmu-ilmu Sosial Agama dan Interdisipliner, 2010), cet. II.

[28] Lihat Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010), cet. II.

[29] Lihat Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2011), cet. I.

[30] H.M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1987), cet. I.

[31] A.Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta:Fajar Dunia, 1999), cet. I.

[32] Djunaidatul Munawwarah dan Tanenji, Filsafat Pendidikan Perspektif Islam dan Umum, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003), cet. I.

[33] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2005), cet. I.

[34] Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat:Ciputat Press, 2005), cet. II.

[35] Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), cet. I.

[36] Abdul Haris dan Kivah Aha Putra, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Amzah, 2012), cet. I.

[37] Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

[38] Abdul Munir Mulkam, Nalar Spiritual Pendidikan Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002), cet. I.

[39] Achmad Djainuri, Pendidikan dan Modernisasi di Dunia Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2001), cet. I.

[40] Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung:Nuansa, 2010), cet. I, hal. 15,

[41] Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung:Nuansa, 2010), cet. I, hal. 56.

[42] Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung:Nuansa, 2010), cet. I, hal. 202.

 

[43] Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung:Nuansa, 2010), cet. I, hal. 325.

[44] Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung:Nuansa, 2010), cet. I, hal. 338.

[45] [45] Muhaimin,  Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta:RajaGrafindo Persada,2009), cet. I.

[46] Muhaimin,  Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta:Rajawali Pers,2006), cet. I.

[47] Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2005), cet. I.

[48] Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2000), cet. I.

 

[49] Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1996), cet.I.

[50] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millnium Baru, (Ciputat-Jakarta Selatan:Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. I.

[51] Azyumardi Azra,  Esei-esei  Intelektual Muslim & Pendidikan Islam, (Ciputat-Jakarta Selatan:Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. I.

[52] Fuad Jabali dan Jamhari, IAIN& Modernisasi Islam di Indonesia, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003), cet. I.

[53] K.H.Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2005), cet. I.

[54] Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Ciputat:Quantum Teaching, 2005), cet. II.

[55] Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu , 1998), cet. I;

[56] Fuad Jabali dan Jamhari, IAIN & Modernisasi Islam di Indonesia, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003), cet. II.

[57] Kusmana, Eva Nurgraha dan Eva Fitriati, (ed.), Paradigma Baru Pendidikan Islam:Rekaman Implementasi  IAIN Indonesia Social Equity Project (IISEP) 2002-2007.

[58] Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam:Isu-isu Kontemporer  tentang Pendidikan Islam,  (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

[59] Amril Mansur, dkk., Paradigma Baru Reformulasii Pendidikan Tinggi Islam, (Jambi:Sulthan Thaha Press dan Universitas Indonesia (UI-Press, 2008).

[60] Hamid Nasuhi, (ed.), Dari Ciputat, Cairo, hingga Columbia, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2007), cet. I.

[61] Kusmana dan dan Yudhi Munadi, Proses Perubahan IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:UIN Jakarta Press,  2002), cet. I.

[62] Lihat Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung:Bina Cipta, 1979), cet. II, hal. 2.

[63] Lihat Abuddin Nata, Sosiologi Pendidikan Islam, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2014), cet. I, hal. 15-16.

[64] Lihat Abuddin Nata, Sosiologi Pendidikan Islam, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2014), cet. I, hal. 25.

[65] Lihat Abuddin Nata, Sosiologi Pendidikan Islam, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2014), cet. I.

 

[66] Lihat Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipler,, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010), cet. I.

 

[67] Lihat Abuddin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2012), cet. I.

[68] Lihat Abuddin Nata,  Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2005), cet. I.56-58, dan194-216.

[69] Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi Aksara dan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1996), cet. I.

[70]  Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:Ruhama, 1994), cet. I.

 

[71] Lihat Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2014), cet. III.

[72] Lembaga Pendidikan Bani Hasyim, Malang, Jawa Timur ini, menerbitkan Buku Pendidikan Dasar Islam Kajian Filosofi, Konsep dan Aplikasi,  tahun 2010, yang melakukan kajian tentang tazkiyah pendidikan, kritik terhadap pendidikan modern, dan rekonstruksi epistimologi pendidikan Islam dalam upaya membersihkan pendidikan dari paham sekuler sebagaimana yang dianut masyarakat Barat, dan benar-benar mengacu kepada ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah tentang pendidikan.

[73] Robert W. Hefner, (ed.),  Making Modern Muslims The Politics of Islamic Education in Southeas Asia, (Honolulu:University of Hawai Press, 2009), hal. 55-106.

[74] Berdasarkan Surat Keputusan Bersama antara Kementerian Agama RI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesa (LIPI), bahwa disiplin Ilmu Agama Islam terdiri dari (1)Qur’an Hadis; (2)Fikih; (3)Kalam; (4)Filsafat; (5)Akhlak Tasawuf; (6)Sejarah Kebudayaan Islam; (7)Pemikiran Islam; (8)Ilmu Pendidikan Islam, dan (9)Ilmu Dakwah Islam.

Comments