Articles‎ > ‎

ISLAMISASI PRODI UMUM DALAM KURIKULUM PERGURUAN TINGGI UMUM

A.Pengantar
Saat ini terdapat sejumlah Program Studi Umum yang dimasukan ke dalam Kurikulum Perguruan Tinggi Umum yang berada di bawah naungan Kementerian Ristek dan Dikti, serta Program Studi Umum yang dimasikan ke dalam Kurikulum Perguruan Tinggi Agama Islam yang berada di bawah naungan Kementerian Agama Islam. Program Studi Umum yang dimaksukan ke dalam Kuikulum Perguruan Tinggi Agama Islam diasumsikan akan mengalami penyesuaian dengan nilai-nilai ajaran agama yang diajarkan di Perguruan Tinggi Agama, walaupun dalam prakteknya bisa saja tidak demikian. Yakni walaupun di Perguruan Tinggi Agama Islam tersebut terdapat mata kuliah umum, bisa saja mata kuliah umum tersebut belum bertegur sapa dengan nilai-nilai ajaran Islam, atau baru sekedar disandingkan dengan mata kuliah agama, namun belum saling berinteraksi dan saling mengisi. Dengan kata lain, walaupun di Perguruan Tinggi Agama Islam tersebut terdapat mata kuliah umum, namun mata kuliah umum tersebut masih belum tentu sejalan dengan karakter keilmuan dalam Islam. Hal yang demikian terjadi, karena karakter ilmu pengetahuan umum pada lazimnya masih menggunakan literatur Barat yang pada umumnya bercorak posivistik, naturalistik, empiristik dan rasionalistik yang semata-mata mengandal kemampuan pancaindera dan akal. Jika pengetahuan umum yang dimasukan ke dalam kurikulum Perguruan Tinggi Agama Islam saja keadaannya demikian, maka apalagi program studi umum yang ada pada kurikulum Perguruan Tinggi Umum yang keadaannya diasumsikan akan semakin jauh dari nilai-nilai agama.
Dalam pada itu era modernisasi dan globalisasi ditandai oleh penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan:sosial, ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Jika demikian adanya, bahwa berbagai bidang kehidupan tersebut akan diwarnai oleh konsep-konsep atau teori-teori yang terdapat dalam berbagai bidang ilmu tersebut. Dalam bidang ekonomi misalnya, akan diwarnai oleh konsep ekonomi kapitalistik yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, seperti praktek riba, monopoli, penimbunan, spekulasi, dan sebagainya yang menimbulkan ketimpangan dan kesenjangan sosial dengan segala dampaknya.
Masuknya Ilmu Pengetahuan Umum  ke dalam Perguruan Tinggi Umum dan Perguruan Tinggi Agama tersebut sebagai sebuah keharusan, mengingat lulusan Perguruan Tinggi Umum dan Perguruan Tinggi Agama harus menyiapkan lulusannya yang siap menghadapi tuntutan dunia kerja dan industri yang menuntut persyaratan penguasaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Keadaan ini pada gilirannya menimbulkan sebuah dilema. Yaitu dari satu sisi Perguruan Tinggi Umum dan Perguruan Tinggi Agama Islam harus memasukan Program Studi Umum, di sisi lain, Perguruan Tinggi Umum dan Agama tersebut harus membebaskan para lulusannya dari paham sekularistik, materialistik, posivistik, empiristik dan pragmatis sebagaimana yang terdapat di dalam konsep-konsep dan teori-teori yang terdapat dalam Ilmu, khususnya pada rumpun ilmu-ilmu sosial.
Salah satu gagasan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melaksanakan gagasan Islamisasi Program Studi Umum pada Perguruan Tinggi Umum, dan juga Perguruan Tinggi Agama Islam. Makalah ini akan membicarakan berbagai strategi yang dapat ditempuh dalam melakukan program Islamisasi Prodi Umum, dengan terlebih dahulu menjelaskan pengertian Islamisasi dan Program Studi Umum.

B.Pengertian dan Latar Belakang  Islamisasi
Secara umum Islamisasi berarti proses mengislamkan, atau memasukan nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang terdapat di dalam al-Qur’an dan hadis ke dalam sesuatu. Dengan cara demikian, sesuatu yang dimasuki oleh nilai ajaran Islam tersebut akan memiliki karakter yang berbeda dengan sesuatu yang belum diislamkan, dan sekaligus juga memberikan rasa kepastian dan kenyamanan bagi yang menggunakan sesuatu itu, terutama dari kalangan ummat Islam. 
Gagasan Islamisasi ini dilatar-belakangi oleh adanya  gerakan kembali kepada  spiritualitas dan agama (back to spiritual and religion) yang terjadi pada era post-modern. Yaitu suatu masa di mana masyarakat sudah tidak percaya lagi sepenuhnya kepada ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menyelamatkan kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semula dapat mensejahterakan kehidupan manusia dalam  realitasnya tidak terbukti. Ilmu Pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan kekeringan spiritualitas, karena orang terlalu mengandalkan kepada kemampuan rasio dan pancainderanya; Ilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan perlombaan senjata, kapitalisme, menumpukan kekayaan, kesenjangan sosial, hegemoni, penindasan, perbudakan, dan sebagainya yang mereduksi nilai-nilai luhur manusia, seperti keadilan, persaudaraan, kejujuran, kesetiakawanan, solidaritas, kemanusiaan dan sebagainya.  Untuk mengatasi masalah ini, maka ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi nilai-nilai agama.
Selain itu, Islamisasi juga terjadi sebagai akibat dari kegagalan berbagai konsep dan teori yang terdapat dalam berbagai ilmu pengetahuan, seperti sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Ilmu sosial misalnya tidak mampu memecahkan konflik sosial, kesenjangan sosial, persaingan yang saling mematikan dan sebagainya. Demikian pula ilmu ekonomi tidak mampu membendung terjadinya praktek riba, monopoli, penipuan, korupsi dan sebagainya, sehingga ilmu ekonomi tersebut tidak dapat menenangkan pada pemilik modal dan pengusaha. Orang yang menyimpan uangnya di bank misalnya merasa gelisah, karena para pengelola bank tersebut tidak memiiki komitmen untuk menjaga amanah atau milik orang lain. Demikian pula ilmu politik, juga telah gagal dalam menciptakan proses pemilihan pimpinan yang dilanadasi oleh kejujuran, keadilan dan transparansi. Demikian pula orang-orang yang diserasi amanah memperjuangkan aspirasi rakyat juga hanya mementingkan dirinya sendiri.

C.Prodi Umum
Program Studi Umum dapat diidentifikasi berdasarkan aspek ontologis, epistimologis dan aksiologisnya. Dari segi ontologisnya program studi umum adalah program studi yang memuat mata pelajaran yang sumbernya  adalah fenomena alam, fenomena sosial dan pemikiran akal manusia. Dari segi epistimologinya program studi umum menggunakan penelitian ekperimen (riset ijbari) dan studi lapangan melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, survey dan sebagainya. Hasil eksperimen yang diolah melalui metode kuantitatif-statistik uji hipotesis dihasilkan rumpun ilmu alam (sains) dan juga ilmu sosial. Demikian juga hasil studi lapangan (riset burhani) yang diolah dengan model tri anggulasi, fenomenologis, etnografi, antrpologi dan berbagai disiplin ilmu lainya akan dihasilkan berbagai rumpun ilmu-ilmu sosial. Dilihat dari segi isinya, ilmu alam ini ada yang bersifat basic dan yang bersifat terapan. Ilmu alam (sains) yang bersifat basic antara lain ilmu kimia, biologi dan fisika. Sedangkan ilmu sains yang bersifat terapan antara lain ilmu kedokteran, farmasi, astronomi, arsitektur dan sebagainya. Itulah sebabnya mahasiswa yang akan masuk fakultas kedokteran misalnya harus memiliki basic sciens yang tinggi. Sedangkan ilmu sosial yang bersifat basic, antara lain ilmu sosiologi, antropologi, sejarah, dan psikologi. Adapun ilmu sosial yang bersifat terapan, antara lain ilmu pendidikan, ilmu ekonomi, manajemen, dan lain sebagainya. Denga demikian ilmu pendidikan termasuk ilmu sosial terapan yang menggunakan seluruh jasa ilmu-ilmu sosial, bahkan juga menggunakan ilmu alam (sains).
Dengan demikian program studi umum secara garis besar adalah program studi yang mengajarkan rumpun ilmu alam (sains) seperti fisika, kimia, biologi, dan terapannya seperti kedokteran, farmakologi, teknologi, perminyakan, pertambangan, lingkungan hidup, pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, kelautan, geologi, geodesi, tata ruang, arsitektur dengan berbagai cabangnya, dan mengajarkan rumpun ilmu sosial, seperti sosiologi, antrpologi, sejarah, psikologi, arekeologi, filololog, dan terapannya seperti ilmu ekonomi, ilmu politik, ilmu pendidikan, manajemen, administrasi, ilmu komunukasi, akuntansi, dan sebagainya.
Selain itu ke dalam Program Studi Umum ini dimasukkan pula filsafat dan kesenian, walaupun kedua macam ilmu ini tidak memiliki ciri-ciri sebagaimana rumpun ilmu alam (sains) dan ilmu sosial sebagaimana tersebut di atas, karena ciri empirisme dan positivismenya tidak dijumpai dalam filsafat dan seni ini. Kedua macam ilmu ini bersifat logis dan rasionalis, namun tidak bersifat empiris yang dapat dilakukan uji coba atau eksperimen dengan menggunakan hipotes dan analisis statistik. Demikian pula seni tidak memiliki persyaratan sebuah ilmu pengetahuan, karena bersentuhan dengan hati nurani dan intuisi yang sulit dibuktikan sebagai empiris.
Pada mulanya berbagai macam program studi umum ini lahir dalam rangka mendukung kemajuan dari segi kebudayaan dan peradaban. Namun dalam perkembangan sejanjutnya Program Studi Umum ini sudah cenderung bersifat transaksional, dari pada bersifat kebudayaan dan peradaban. Ilmu pengetahuan umum yang bersifat kebudayaan dan peradaban akan dikembangkan walaupun secara ekonomi tidak menguntungkan. Progtam Studi yang mahasiswanya beberapa orang akan tetap dibuka agar ilmu tersebut tetap hidup dan dapat diabdikan untuk kemajuan kebudayaan dan peradaban yang selanjutnya dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Sebaliknya apabila program studi umum sudah bersifat bisnis transaksional, maka ketika mahasiswanya Cuma sedikit, dan lapangan kerjanya sudah tidak membutuhkan lagi, maka prodi umum tersebut harus ditutup. Saat ini, berbagai program studi tunduk pada logika transaksional dan permintaan pasar. Hal ini sebagai akibat dari adanya perubahan paradigma yang menempatkan pendidikan bukan lagi alat membudayakan dan memberadabkan manusia, melainkan sebagai komoditas yang diperdagangkan. Membuka program studi di masa sekarang sama halnya dengan membuka restoran. Menu yang disajikan harus sesuai dengan selera pelanggan, tempatnya strategis dan mudah dijangkau, pelayanannya cepat, memuaskan pelanggan, dan senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan selera pasar. Program studi yang tidak dapat memenuhi selera pasar tersebut akan ditinggalkan.
Ajaran Islam pada dasarnya tidak mengalangi manusia melakukan kegiatan usaha bisnis yang menguntungkan, selama bisnis tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip ajaran Islam, seperti menjauhi riba, spekulasi, tidak transparan, jujur dan sebagainya. Dengan demikian mencari keuntungan melalui kegiatan pendidikan tidak dilarang, asalkan keuntungan tersebut bersifat nirlaba, yakni keuntungan yang dikembalikan untuk pengembangan pendidikan itu sendiri, dan bukan untuk memperkaya diri. Ini artinya, bahkan kegiatan pendidikan harus dikelola dengan manajemen bisnis yang profesional, tapi sifatnya nirlaba. Pengelolaan pendidikan di masa sekarang tidak bisa berjalan secara konvensional, atau hanya bermodalkan lillahi ta’ala. Modal yang dikeluarkan untuk membiayai pengelolaan pendidikan harus dinilai sebagai aset yang harus menguntungkan, walaupun keuntungannya itu tidak selamanya bersifat materi, melainkan bersifat kemajuan kebudayaan dan peradaban. Namun demikian, kegiatan bisnis pendidikan tersebut harus diimbangi dengan kegiatan sosial kemasyarakatan, kebudayaan dan peradaban untuk kemajuan suatu bangsa dalam arti yang seluas-luasnya.

D. Strategi Islamisasi Prodi Umum
Terdapat sejumlah strategi Islamisasi Ilmu Umum yang ditawarkan para ahli, sebagai berikut.
 Pertama, Islamisasi prodi umum melalui pendekatan epistimologi  Islam. Yaitu suatu pandangan Islam tentang ontologi, metode ilmu dan aksiologi  ilmu dalam pandangan Islam. Ontologi atau objek ilmu berupa al-Qur’an (wahyu), alam jagat raya, fenomena sosial, akal, dan intuisi sebagai wahyu Tuhan; metode ilmu berupa riset bayani terhadap wahyu Allah  yang melahirkan ilmu agama, riset ijbari terhadap alam jagat raya  yang melahirkan ilmu alam (sains), riset burhani terjadap fenomena sosial yang melahirkan ilmu-ilmu sosial, riset jadali oleh akal terhadap hakikat segala sesuatu yang melahirkan filsafat, dan riset irfani oleh intuisi terhadap dimensi batin terhadap sesuatu yang melahirkan tasawuf Seluruh alat yang digunakan untuk meneliti tersebut, yaitu pancaindera, akal pikiran dan hati nurani  adalah milik Allah.  Demikian pula obyek yang dijadikan penelitian juga adalah milik Allah. Sedangkan dari aspek aksiologinya, yakni tujuan dan nilai dari setiap ilmu tersebut agar ditujukan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Cara seperti ini antara lain digagas oleh Mulyadi Kartenegara. 
Kedua, Islamisasi prodi umum melalui pendekatan furification. Yaitu suatu pendekatan yang berupaya membersihkan ilmu pengetahuan umum dari pengaruh ideologi Barat yang sekuler. Yaitu suatu pendekatan yang melihat sesuatu dari segi fisiknya yang nampak saja yang sepenuhnya tunduk pada hukum kausalitas yang hanya dapat diketahui melalui riset eksperimen dan pengamatan. Pendekatan ini berupaya memasukan dimensi metafisnya terhadap segala sesuatu, sehingga sesuatu itu memiliki visi spiritual dan transendental. Upaya memasukan nilai spiritualitas ini dilakukan oleh Muhammad Naquib al-Attas dengan mengambil inspirasi dari faham tasawuuf wihdat al-Wujud dari Hamzah Fansuri dan berakar pula pada paham tasawuf Wihdat al-Wujud dan Ibn Arabi.  Diketahui bahwa Ibn Arabi membawa faham al-Khalq dan al-Haq. Yaitu bahwa al-khalq/amkhluk  adalah manifestasi dari al-Haq (Tuhan), Makhluk dan al-Hak pada hakikatnya satu; makhluk merupakan foto copy-nya Tuhan. Walaupun makhluk itu banyak, tak ubahnya seperti foto copy yang banyak, tapi pada hakikatnya satu. Muhammad Naquib menggunakan paham tasawwuf Hamzah Fansuri ini untuk melakukan proses  dewesternisasi. Yaitu menghilangkan unsur Barat yang hanya mengakui yang ada atau yang nampak saja, tanpa ada unsur metafisiknya.  Selain itu furifikasi ini juga dilakukan dengan cara menghilangkan unsur mitologis dan takhayul yang ada di dalamnya. Upaya menghilangkan unsur mitos ini dilakukan melalui paham tauhid dari Ibn Taimiyah yang dikenal sebagai yang bercorak salafi dan furitanism. Dengan pendekatan demitologisasi ini Muhammad Naquib al-Attas ingin mengatakan, bahwa adanya Tuhan yang bersifat metafisis itu bukanlah metos melainkan sebuah realitas yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui berbagai pendekatan:kosmologis, filosofis, sosiologis, psikologis, historis, fenomenologis, akademis dan lain sebagainya. Ketika al-Qur’an menyatakan, bahwa Haman, Qarun dan Fir’aun yang durhaka kepada Allah SWT dan menderita kehancuran, bukanlah sebuah mitos melainkan secara historis dan akademik dapat dibuktikan. Berbagai hal yang dinyatakan Tuhan dalam al-Qur’an itu tidak dapat dibatalkan sedikitpun. Hal ini membuktikan bahwa yang metafisis itu benar-benar adanya, dan tanpa adanya yang metafisis, maka yang fisik tidak dapat dijelaskan keberadaannya. Selanjutnya dalam menggunakan pendekatan furifikasinya ini, Muhammad Naquib al-Attas juga menghilangkan unsur takhayul. Yakni bahwa berbagai keistimewaan yang terdapat di alam jagat raya dan seluruh ciptaan-Nya sebagai bukti keagungan sifat-sifat Tuhan, dan tidak boleh disakralkan lalu dipuja sebagaimana yang dijumpai pada masyarakat primitif. Upaya menghilangkan unsur takhayul ini diinspirasi oleh furifikasi dari Muhammad bin Abdul Wahhab (Paham Wahabiyah).
Ketiga, Islamisasi ilmu umum dengan pendekatan dekonstruksi. Yaitu suatu cara membongkar aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologi dari setiap ilmu pengetahuan, dengan cara membuang unsur-unsur yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, kemudian menyusun kembali sesuai dengan epistimologi Islam berdasarkan istilah-istilah yang ada dalam Islam. Istilah ilmu misalnya diganti dengan istilah ma’rifat; istilah pendidikan diganti dengan istilah tarbiyah dan ta’dib. Demikian pula istilah-istilah keilmuan lainnya yang ada di Barat diganti dengan istilah yang ada dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Upaya ini antara lain digagas oleh Ismail Faruqi. 
Keempat, Islamisasi ilmu umum dapat dilakukan dengan pendekatan major minor. Pendekatan yang digagas oleh Kuntowijoyo ini dilakukan dengan cara mempersilakan mahasiswa yang mengambil mata kuliah major bidang prodi umum untuk mengambil mata kuliah minor, yaitu bidang ilmu keislaman.  Sebaliknya bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah major bidang prodi umum untuk mengambil mata kuliah minor bidang studi agama. Cara ini antara lain digagas oleh Muhammad Abduh, Muhammad Natsir, Muhammad Hatta, dan K.H.Mas Mansur ketika menggas berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam. Mereka misalnya menginginkan agar para sarjana Perguruan Tinggi Agama Islam menjadi ulma yang intelek. Yaitu ulama yang selain memiliki ilmu agama, juga memiliki ilmu bantu, yaitu sebagai alat untuk melakukan analisis dan pendekatan, sehingga agama dapat berbicara dalam berbagai bidang kehidupan.
Kelima, Islamisasi ilmu umum dapat dilakukan dengan pendekatan interkoneksitas fungsional atau jaring laba-laba, sebagaimana hal ini digagas oleh Muhammad Amin Abdullah. Menurutnya bahwa al-Qur’an dan hadis mendorong agar mengembangkan ilmu alam, ilmu sosial, filsafat dan lainnya, dan hasil dari kajian berbagai bidang ilmu tersebut dapat digunakan untuk mendukung memahami dan mengamalkan ajaran al-Qur’an dan Hadis. Buah dari pengamalan ilmu tersebut selanjutnya membuahkan kebuadayaan dan peradaban yang membawa kemajuan umat manjusia. 
Keenam, Islamisasi Ilmu umum dapat digunakan dengan pendekatan pohon ilmu sebagamana yang digagas oleh Imam Suprayogo. Menurutnya bahwa pohon ilmu terdiri dari unsur akar yang terdiri dari bahasa Arab dan Bahasa Inggris, logika, pengetahuan  alam dan ilmu sosual. Batang pohon yang kuat itu saya gunakan untuk mengembangkan kainan dari sumber ajaran Islam, yakni al-Qur’an, al-Hadis, pemikiran Islam, sirah Nabawiyah dan Sejarah Islam. Sedangkan dahan yang jumlahnya cukup banyak Saya gunana untuk menggambarkan sejumlah ilmu pada umumnya dengan berbagai cabangnya, sepeti ilmu-ilmu alam, ilmu sosial dan humaniora. Sebagai sebuah pohon, ia harus tumbuh di atas tanah yang subur. Tanah subur, di ana pohon itu tumbuh, Saya gunakan untuk menggambakan adanya keharusan menumbuh-kembangkam kultur kehidupan kampus yang berwajah Islami, seperti kehidupan yang dipenuhi oleh suasana iman, akhlak yang mulia, dan kegiatan spritual, Sedangkan pohon itu senditi menggambarkan bangunan akademik yang akan menghasilkan buah yang sehat dan segar. Buah yang dihasilkan oleh pohon Saya gunakan untuk menggambarkan produk pendidikan Islam, yaitu iman, amal salih dan akhlakul karima. 
Ketujuh, Islamisasi ilmu umum dapat dilakukan dengan pendekatan interdisipliner, sebagaimana digagas oleh Azyumardi Azra sebagaimana dipraktekan pada Program Kajian Islam di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Buahnya adalah ketika hasil kajian tersebut digunakan untuk memecahkan berbagai masalah yang terdapat di masyarakat. Pendekatan ini sesungguhnya sejalan dengan cita-cita awal mendirikan Perguruan Tinggi Islam, (PTAIN/ADIA) di tahun 50-an yaitu mencetak ulama yang intelek. Yaitu seorang ulama yang selain menguasai ilmu agama seperti al-Qur’an, al-Hadis, Fiqih, dan sebagainya, juga menguasai berbagai disiplin ilmu umum, seperti sosiologi, sejarah, antropologii dan sebagainya. 
Kedelepan, Islamisasi Ilmu umum dapat dilakukan dengan pendekatan manusianya, sebagaimana digagas oleh fazlur Rahman. Menurutnya, bahwa semua itu dengan berbagai cabangnya adalah netral. Baik buruknya ilmu tergantung pada orang yang menggunakannya. Oleh sebab itu strategi Islamisasi ilmu yang terpenting adalah dengan cara mengislamkan orang yang akan menggunakannya. 

E.Penutup
Berdasarkan uraian dan analisa sebagaimana tersebut d atas dapat dikemukakan catatan penutup sebagai berikut.
Pertama, Islamisasi  prodi umum sebagai sebuah respon kalangan ulama dan cendekiawan Muslim untuk membersihkan ilmu umum tersebut dari berbagai unsur Barat yang bertentangan dengan ajaran Islam, yakni positivisme, empirisme dan sekularisme.
Kedua, Islamisasi prodi umum perlu dilakukan agar ilmu umum tersebut tidak digunakan untuk hal-hal yang bertentangan tujuan ajaran Islam, yaitu mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.
Ketiga, Islamisasi prodi umum dapat dilakukan dengan berbagai strategi: epistimologi Islam, furifikasi, dekonstruksi, major-minor, interkoneksitas fungsional, pohon ilmu, interdisipliner, dan mengislamkan manusia.
Keempat, program studi umum yang sudah diislamkan tidak akan menyebabkan program studi tersebut terjebak pada tujuan bisnis transaksional semata-mata, melainkan juga dengan tujuan kemajuan kebudayaan dan peradaban untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang sejahtera dan seimbang antara unsur dunia dan unsur akhirat, jasmani dan ruhani, material dan spiritual.
Jakarta, 19 Juni, 2015
























Daftar Pustaka

Abdullah, M.Amin, Studi Agama, Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1996), cet. I.
Azra, Azyumardi, Islam Nusantara, (Bandung:Mizan, 1423 H./2002), cet. I.
--------------, Islam Reformis Dinamika Intelektual dan Gerakan, (Jakarta:Rajawali Press, 1999), cet. I.
-------------, Islam Substantif: Agar Umat Islam Tidak Jadi Buih, (Bandung:Mizan, 1421 H./2000 M.), cet. I.
Hidayat, Komaruddin, Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi Wacana tentang Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1420 H./1999 M., cet. I.
Jabali, Fuad dan Jamhari, IAIN & Modernisasi Islam di Indonesia, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 1424 H./2003 M.), cet. I.
Kartanegara, Mulyadhi, Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi Holistik, (Bandung:Mizan, dan Jakarta:UIN Jakarta Press, 2005), cet. I.
Krishna, Anand, Islam Esoterik, Kemuliaan dan Ketidaannya, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2000), cet. I.
Kuntowijoyo, Islam sebagai Ilmu:Epistimologi, Metodology dan Etika, (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2007).
Madjid, Nurcholish, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung:Mizan, 1993), cet. V.
Mahzar, Armahedi, Integralisme sebuah Rekonstruksi Filsafat Islam,  (Bandung:Pustaka, 1983).
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam:Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Nuansa, 2010), cet. I.
Muthahhari, Ayatullah Murthadha, Dasar-dasar Epistimologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Sadra Internation Institute, 1432 H./2011 M.), cet. I.
----------, Pengantar Epistimologi Islam, (Jakarta:Shadra Press, 2010), cet. I.
Nasution, Harun, Islam  Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I dan II, (Jakarta:UI Press, 1979)
---------------, Islam Rasional, (Jakarta:Kerjasama IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan LSAF, 1986), cet. I.
Nata, Abuddin, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003), cet. I.
--------------, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta:Prenada Media Group, 2011), cet. I.
Rahman, Fazlur, Islam, (terj.) Senoaji Saleh, dari judul Asli, (Jakarta:Bina Aksara, 1987), cet. I.
Rahmat, Jalaluddin, Islam Aktual, (Bandung:Mizan, 1416 H./1999 M.), cet. IX.
Renand, John, Windows on The House of Islam:Muslim Source on Spirituality and The Religious Life, (Berkeley, Los Angeles, Londo: University of California Press, 1998).
Saridjo, Marwan, Mereka Bicara Pendidikan Islam:Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2009), cet. I.
Shihab, Alwi, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung:Mizan, 1418 H./1998), cet. I.
Smith, Huston, Islam A Concise Introduction, (Yogyakarta:Pustaka Sufi, 2002), cet. I.
Stoddard, L., Dunia Baru Islam, (Jakarta:Pustaka Penerbitan, 2996), cet. I.
Sjadzali, M., Munawir,  Islam dan Tata Negara Ajaran:Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta:UI Press, 1990), cet. I.
Syari’ati, Ali, Membangun Masa Depan Islam, (Bandung:Mizan, 1409 H./1998), cet. I.
Taher, Tarmidzi, Ber-Islam Secara Moderat, (Jakarta:Grafindo, 2007), cet. I.
Wahid, Abdurrahman, Islamku, Islam Anda, Islam Kita:Agama Masyarakat Negara Demokrasi, (Jakarta:The Wahid Institut, 2006).
Watt, William Montgomery, Islam, A Short Hisrory, (USA:Onewolrd Publication, 199).
-------------, Islam Kosmopolitan, Nilai-nilai Indonesia & Transformation Kebudayaan, (Jakarta:The Wahid Institut, 2007), cet. I.
Al-Zunaify, Abd al-Rahman bin Zaid, Mashadir al-Ma’rifah fi al-Fikr al-Diny wa al-Falsafah Dirasah Naqdiyah fi Dha’i al-Islam, (Mamlakah al-‘Arabiyah al-Su’udiyah:Maktabah al-Mua’ayyadah, 1414 H./1994 M).




Comments