Articles‎ > ‎

PETUNJUK ISLAM DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

Dewasa ini kita hidup dalam sebuah zaman yang penuh dengan tantangan. Sebagian pakar ada yang mengatakan, bahwa tantangan zaman tersebut terjadi karena merubahan dari kehidupan yang nomaden kepada kehidupan yang urban (Ibn Khaldun), dari paradigma berfikir teologis kepada berfikir metafisik dan scientifif (August Comte), dari kehidupan yang berbasis pada hubungan yang bersifat primordial (gemenschaft) kepada kehidupan yang bersifat organisatoris, rasional dan transaksional (gesselschaft); dan ada pula yang menyatakan, bahwa penyebabnya adalah karena ledakan penduduk yang tidak terkendali. Jika pada tahun 1970 penduduk Indonesia baru sekitar 125 juta jiwa, kini penduduk Indonesia sekitar 250 juta dengan rata-rata pertumbuhan 4% pertahun. Ledakan penduduk ini menuntut tersedianya sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, keamanan, hiburan, lingkungan olah raga dan sebagainya. Data menunjukkan bahwa daya dukung sumber daya alam sering tidak seimbang dengan ledakan penduduk tersebut, sehingga kita membutuhkan bantuan suvlay dari negara lain.

Dalam menghadapi perubahan sosial yang demikian cepat dan kompleks tersebut, setiap orang saat ini semakin dituntut untuk semakin bermutu secara utuh:fisik, pancaindera, intelektual, moral, spiritual dan sosial. Hanya orang-orang yang memiliki keunggulan yang demikian itulah yang akan survive dalam menghadapi tantangan tersebut. Islam memberikan petunjuk tentang bagaimana seseorang agar sukses dalam menghadapi perubahan sosial tersebut dengan mengacu kepada al-Qur’an dan al-Sunnah.

Berdasarkan petunjuk surat al-Ra’d (13) ayat 11 bahwa agar siap dalam menghadapi perubahan sosial adalah dengan senantiasa melakukan perubahan paradigma berfikir; misalnya dari cara berfikir yang mengutamakan jangka pendek kepada cara berfikir jangka panjang; dari cara berfikir mementingkan diri sendiri, kepada cara berfikir mementingkan kepentingan bersama; dari sikap buruk sangka (su’u dzann) kepada sikap baik sangka (husn al-dzann), dari sikap tertutup kepada sikap terbuka, dari sikap konsumtif kepada sikap produktif, dari yang mementingkan simbol dan logo kepada yang mementingkan isi dan substansi; dari sikap yang statis kepada sikap yang dinamis; dari memandang bekerja sebagai yang hanya untuk cari uang kepada bekerja sebagai membangun peradaban.

Selanjutnya berdasarkan petunjuk Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa perubahan tersebut dilakukan dengan cara menghilangkan penyakit mental (mental block). Kepada salah seorang sahabatnya bernama Abu Umamah, Rasulullah SAW meminta agar Abu Umamah menghilangkan delapan penyakit mental. Rasulullah SAW mengajarkan hadis:


 

Artinya: Yaa Allah, sesungguhnya aku berlindung diri kepadamu dari sifat ragu-ragu, dan sikap psimis; dan aku berlindung diri dari sikap lemah kemauan dan malas; dan aku berlindung diri dari sikap pengecut dan kikir, serta aku berlindung diri dari terlilit hutang dan diisolir manusia. (H.R. Bukhari-Muslim).

Hadis tersebut mengajarkan kepada kita agar mengganti sikap ragu-ragu sebagai akibat dari kurang percaya diri dan bujukan syaitan dengan sikap yang pasti; merubah sikap psimis, yakni dibayangi oleh ketidak suksesan diganti dengan sikap optimis yang rasional dan tidak over target atau over expectation; merubah sikap lemah kemauan dengan sikap motivasi yang tinggi dengan mempelajari suces story yang pernah dicapai orang lain, orang yang berhasil merubah dari zero menjadi hero; merubah sikap malas menjadi rajin sebagaimana yang ditunjukan bangsa-bangsa yang sukses di dunia, seperti Jepang, China, Korea, Singapura dan sebagainya. Orang yang malas sungguhpun disediakan berbagai fasilitas akan habis, karena tidak mau mengembangkannya; merubah sikap pengecut menjadi berani yang diperhitungkan; dari sikap kikir dalam hal harta, tenaga, pikiran, waktu dan lainnya, menjadi orang yang derwaman atau mau berkorban yang menyebabkan banyak relasi dan peluang; merubah sikap terlilit hutang atau besar pasak daripada tiang kepada sikap yang rasional dan hemat dalam penggunaan dana dan aset; serta merubah sikap yang diisolir atau dijauhkan dari pergaulan kepada sikap yang banyak membangun hubungan dan relasi yang kuat.

Untuk menghilangkan sikap mental block tersebut, maka setiap orang memilih patner yang baik, lingkungan pergaulan yang baik, pendidikan yang baik, bahan bacaan yang baik; pengalaman yang baik, dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda:


Artinya: Empat faktor yang dapat membawa kebahagiaan manusia: (1)adanya pasangan (patner yang baik), putera-puteri yang baik; teman pergaulan yang shalih, dan tersedianya rezki di negeri sendiri. (H.R.Ibn Asakir).

Mudah-mudahan kita termasuk orang yang memiliki jiwa yang sehat sebagai modal untuk mampu menghadapi tantangan yang makin berat. Inilah barangkali yang dimaksud dengan revolusi mental yang diharapkan tumbuh oleh Presiden Joko Widodo.
Comments